Blogroll

Akrab Senada, adalah Aktif dan rajin belajar sejarah nasional dan dunia. merupakan kumpulan pemikiran, program, dan materi pelajaran dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Sejarah khususnya tingkat SMA.

Umroh

Masjid Nabawi, Saat melaksanakan umroh tahun 2010 sebagai wujud rasa syukur atas rizki yang kami terima .

Presentasi Pendampingan implementasi Kurikulum 2013

Saat mempresentasikan Kurikulum 2013 dalam acara pendampingan implementasi Kurtilas.

IN 2014

Ketika mengikuti pelatihan Instruktur guru sejarah tingkat nasional di Cianjur tanggal 9 - 15 Juni 2014.

TTS Interaktif

Menggunakan Teka Teki Sejarah Interaktif sebagai media pembelajaran.

Bersama Sejarawan Nasional, Anhar Gonggong

Memperingati Hari Sejarah Nasional

Thursday, December 10, 2020

soal PAS Gazal kelas 12 2020


 

Soal PAS Gazal kelas 10 2020


 

Wednesday, November 25, 2020

jejak berdarah komunisme stalin

komunisme

Thursday, November 19, 2020

jejak firaun

untold stories world war II

Friday, October 23, 2020

perkembangan kerajaan sriwijaya

 https://youtu.be/6X5JjwOHDzI


Kerajaan Sriwijaya
Sejak permulaan tarikh Masehi, hubungan dagang antara, India dengan Kepulauan Indonesia sudah
ramai. Daerah pantai timur Sumatra menjadi jalur perdagangan yang ramai dikunjungi para pedagang. Kemudian, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan.
Kerajaan-kerajaan kecil di pantai Sumatra bagian timur sekitar abad ke-7, antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang kemudian berhasil berkembang dan mencapai kejayaannya adalah Sriwijaya. Kerajaan Melayu juga sempat berkembang, dengan pusatnya di Jambi.

Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai
pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia. Akan tetapi, pendapat yang
banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai menunjukkan kemunduran,
Sriwijaya berpindah ke Jambi. Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu ditulis dengan huruf pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno. Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut.
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka (683 M). Isinya antara lain menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (siddhayatra) dengan menggunakan perahu. Ia berangkat dari Minangatamwan  dengan membawa tentara 20.000 personel.
2. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Isinya menyebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra. Taman ini dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga.

3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Palembang. Prasasti ini tidak berangka tahun. Isinya terutama tentang kutukankutukan yang menakutkan bagi mereka yang berbuat kejahatan.


4. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka, berangka tahun 608 Saka (656 M). Isinya terutama permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya, dan menghukum setiap orang
yang bermaksud jahat.

5. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi, berangka tahun 608 saka (686 M). Isinya sama dengan isi Prasasti Kota Kapur. Beberapa prasasti yang lain, yakni Prasasti Ligor berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda di India Timur. Di samping
prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang
penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya.


Perkembangan Kerajaan Sriwijaya
Ada beberapa faktor yang mendorong perkembangan
Sriwijaya antara lain:
a. Letak geografs dari Kota Palembang. Palembang sebagai pusat pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai pelindung pelabuhan di Muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini sangat tepat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan. Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur perdagangan internasional dari India ke Cina, atau sebaliknya. Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup tenang, serta penduduknya
yang berbakat sebagai pelaut ulung.
b. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam akibat serangan Kamboja. Hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. 
Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7. Pada awal perkembangannya, raja disebut dengan Dapunta Hyang. Dalam Prasasti Kedukan Bukit dan Talang

Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta Hyang banyak melakukan usaha perluasan daerah. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut.
a. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
b.Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting
artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.
c. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, merupakan daerah
yang sangat penting. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan Prasasti
Kota Kapur. Sriwijaya juga diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi Java yang tidak setia kepada
Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya Jawa bagian barat.
d. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting,
terutama untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan
kira-kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
e. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Kedudukan
Tanah Genting Kra sangat penting. Jarak antara pantai barat dan pantai timur di tanah genting
sangat dekat, sehingga para pedagang dari Cina berlabuh dahulu di pantai timur dan membongkar
barang dagangannya untuk diangkut denganzpedati ke pantai barat. Kemudian mereka 
berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.
f. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari
barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan
serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya ingin menguasai Jawa bagian tengah karena pantai
utara Jawa bagian tengah juga merupakan jalur perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M dibangunlah sebuah pangkalan di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah Darmasetra. Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah
Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman 
keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu
diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”. Hal itu tercatat dengan baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini beradadi Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Pada tahun 990 M yang menjadi Raja Sriwijaya adalah Sri
Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa bagian Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya. Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup Luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan hampir seluruh perairan Nusantara. Bahkan Muhammad Yamin menyebutkan Sriwijaya sebagai negara nasional yang pertama.


Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal struktur pemerintahan. Perkembangan Ekonomi
Pada mulanya penduduk Sriwijaya hidup dengan bertani. Akan tetapi karena Sriwijaya terletak di tepi
Sungai Musi dekat pantai, maka perdagangan menjadi cepat berkembang. Perdagangan kemudian menjadi mata pencaharian pokok. Perkembangan perdagangan didukung oleh keadaan dan letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalan perdagangan internasional.
Para pedagang Cina yang akan ke India singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang dan India yang akan ke Cina. Di Sriwijaya para pedagang melakukan bongkar muat barang dagangan. Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan nasional maupun internasional di kawasan perairan Asia Tenggara. Perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa berada di bawah kekuasaan
Sriwijaya. Tampilnya Sriwijaya sebagai pusat perdagangan, memberikan kemakmuran bagi rakyat dan negara Sriwijaya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat, harus membayar pajak. Dalam kegiatan perdagangan, Sriwijaya mengekspor gading, kulit, dan beberapa jenis 
binatang liar, sedangkan barang impornya antara lain beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang.
Perkembangan tersebut telah memperkuat kedudukan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim. Kerajaan maritim adalah kerajaan yang mengandalkan perekonomiannya dari kegiatan perdagangan dan hasil-hasil laut. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang kuat.
Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu mengawasi perairan di Nusantara. Hal
ini sekaligus merupakan jaminan keamananbagi para pedagang yang ingin berdagang dan berlayar di wilayah perairan Sriwijaya. Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha.
Salah seorang pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang datang ke Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta. Kemudian mereka belajar agama Buddha di Nalanda, India. Antara tahun 1011 - 1023 datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet bernama Atisa untuk lebih
memperdalam pengetahuan agama Buddha. Dalam kaitannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Buddha, di Sriwijaya ditemukan beberapa peninggalan. Misalnya, Candi Muara Takus, yang ditemukan dekat Sungai Kampar di daerah Riau. Kemudian di daerah
Bukit Siguntang ditemukan arca Buddha. Pada tahun 1006 Sriwijaya juga telah membangun wihara sebagai tempat suci agama Buddha di Nagipattana, India Selatan. Hubungan Sriwijaya dengan India Selatan waktu itu sangat erat. 
Bangunan lain yang sangat penting adalah Biaro Bahal yang ada di Padang Lawas, Tapanuli Selatan. Di tempat ini pula terdapat bangunan wihara.
Kerajaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran karena beberapa hal antara lain :
a. Keadaan sekitar Sriwijaya berubah, tidak lagi dekat dengan pantai. Hal ini disebabkan aliran Sungai Musi, Ogan, dan Komering banyak membawa lumpur. Akibatnya. Sriwijaya
tidak baik untuk perdagangan.
b. Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Hal ini disebabkan terutama karena melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan semakin sulit.
c. Dari segi politik, beberapa kali Sriwijaya mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Tahun 1017 M Sriwijaya mendapat serangan dari Raja Rajendracola dari Colamandala, namun Sriwijaya masih dapat bertahan. Tahun 1025 serangan itu diulangi, sehingga Raja Sriwijaya, Sri Sanggramawijayattunggawarman ditahan oleh pihak Kerajaan Colamandala. Tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singhasari melakukan Ekspedisi Pamalayu. Hal itu menyebabkan daerah Melayu lepas. Tahun 1377 armada angkatan laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya


Tuesday, October 20, 2020

kerajaan kalingga


Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Keling adalah kerajaan di Jawa bagian tengah yang sempat dipimpin oleh seorang wanita, Ratu Sima.Ia digambarkan sebagai pemimpin wanita yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku di kerajana tersebut. Kerajaan ini terkadang juga disebut Kerajaan Holing.

Sumber sejarah utama dari kerajaan Kalingga adalah dari berita Cina Dinasti Tang. Sumber lainnya adalah Prasasti Tuk Mas di lereng Gunung Merbabu. Melalui peninggalan sejarahnya banyak informasi yang dapat kita ketahui mengenai Kerajaan ini, mulai dari lokasi kerajaan terlebih dahulu di bawah ini.

Letak/Lokasi Kerajaan Kalingga

Lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah. Meskipun belum dapat dipastikan, tapi kebanyakan peneliti dan sejarawan menyepakatinya. Berikut adalah runutan argumennya.

Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Poli (Bali sekarang), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra). Dari berita tersebut tampak jelas bahwa Kalingga terletak di Jawa Tengah.

Kemudian, melanjutkan deskripsi lokasi Kalingga dalam berita Cina, di sebelah utara Kalingga terdapat Chenla (Kamboja) dan sebelah selatan berbatasan dengan samudra. Oleh karena itu, lokasi Kerajaan Kalingga diperkirakan terletak di Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah atau di sebelah utara Gunung Muria.

Peninggalan Kerajaan Kalingga

Sumber sejarah kerajaan kalingga dapat ditelusuri dari candi angin, prasasti Tuk Mas, dan berita Cina Dinasti Tang. Namun, kebanyakan peninggalannya tidak berisi informasi yang jelas dan hanya berupa potongan informasi yang sulit untuk dirunut.

Contohnya, dari namanya saja, nama Kalingga berasal dari Kalinga, sebuah kerajaan di India Selatan. Diperkirakan hal tersebut merupakan salah satu bukti lain bahwa India dan Nusantara telah menjalin hubungan diplomatik yang erat.

Namun, terdapat sumber yang mengatakan bahwa kerajaan ini sejarahnya bahkan sama dengan Tarumanegara, yakni didirikan oleh pengungsi India yang kalah perang di sana dan mencari perlindungan di Nusantara.

Berikut adalah berbagai peninggalan dan sumber sejarah yang dapat dicermati untuk mempelajari Kerajaan Kalingga.

Prasasti Tuk Mas (Tukmas)

Prasasti ini ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Prasasti ditulis menggunakan huruf palawa dalam bahasa Sanskerta.

Isi prasasti menjelaskan mengenai mata air yang amat bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut diibaratkan sama dengan Sungai Gangga di India. Terdapat gambar-gambar lambang Hindu seperti: keong, kendi, trisula, cakra, bunga teratai dan kapak di dalam prasasti.

Prasasti Sojomerto

Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti menggunakan aksara Kawi dalam bahasa Melayu Kuno. Diperkirakan prasasti ini telah ada dari sejak abad ke-7 masehi.

Prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya yakni Dapunta Salendra, anak dari Santanu dan ibunya yang benama Bhadrawati. Sementara istrinya bernama Sampula. Boechari () berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Sailendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Medang.

Kedua temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa dulunya, di kawasan pantai utara Jawa tengah berkembang kerajaan bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan adanya hubungan Kalingga dengan Wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa bagian Tengah Selatan.

Candi Angin

Candi Angin ditemukan di desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Karena letaknya yang sangat tinggi (berangin) namun boleh dikatakan tidak roboh tertiup angin, maka candi ini dinamakan Candi Angin.

Menurut para peneliti, Candi Angin bahkan lebih tua dari Candi Borobudur. Beberapa Ahli malah berpendapat bahwa Candi ini dibangun oleh manusia purba karena belum terdapat ornamen-ornamen Hindu-Buddha.

Candi Bubrah

Candi Bubrah merupakan salah satu Candi Buddha yang berada dalam kompleks Candi Prambanan. Tepatnya, di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini ditemukan di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Candi ini diperkirakan sebetulnya memiliki ukuran 12 m x 12 m terbuat dari batu andesit. Namun, yang tersisa dari candi ini hanyalah reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan terdapat beberapa arca Buddha, namun wujudnya sudah tidak utuh lagi.

Disebut candi Bubrah karena Candi ini ditemukan dalam keadaan rusak yang dalam bahasa Jawa adalah “bubrah”. Perkiraan para Ahli, Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno yang masih berhubungan dengan Kerajaan Kalingga.

Situs Puncak Sanga Likur

Situs ditemukan di Puncak Gunung Muria, yakni Rahtawu, tidak jauh dari Kecamatan Keling. Di area situs, ditemukan empat arca batu, yakni:

1.     Arca Batara Guru

2.     Narada

3.     Togog

4.     Wisnu

Hingga saat ini belum dapat dipastikan bagaimana keempat arca tersebut dapat diangkut ke puncak gunung, mengingat medan pendakian yang begitu berat. Selain keempat arca tersebut, Prasasti Rahtawun juga ditemukan pada tahun 1990 oleh Prof. Gunadi dan empat staffnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta.

Di kawasan situs juga ditemukan enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak gunung. Masing-masing diberi nama pewayangan: Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

Berita dari Cina Mengenai Kerajaan Kalingga

Berita atau catatan dari negeri Cina mengenai Kalingga meliputi catatan Dinasti Tang, Catatan I-Tsing, naskah Wai-Tai-Ta, hingga ke Dinasti Ming. Berikut adalah pemaparannya

Catatan Dinasti Tang

Dinasti Tang memberikan beberapa keterangan sebagai berikut.

1.     Kalingga terletak di Lautan Selatan, di sebelah utaranya terletak Ta-Hen-La atau Chen-La (Kamboja), disebelah timurnya terdapat Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak pulau Sumatra.

2.     Ibu kota Kalingga dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari tonggak kayu

3.     Raja atau Ratu tinggal di suatu bangunan besar yang bertingkat, beratap daun palem dan singgasananya terbuat dari gading.

4.     Penduduk Kerajaan Kalingga sudah pandai memproduksi minuman keras dari bunga kelapa.

5.      Kalingga menghasilkan produk kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.

Catatan ini juga mengisahkan bahwa sejak tahun 674 rakyat Kalingga berada di bawah kekuasaan Ratu Hsi-ma (Shima/Sima). Digambarkan bahwa Ratu Sima adalah sosok ratu yang adil dan bijaksana. Kerajaan Kalingga pada masa pemerintahannya merupakan kerajaan yang aman dan tenteram.

Catatan I-Tsing

Catatan I-Tsing (664-655 M) menyebutkan bahwa pada abad ke-7, tanah Jawa menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinaya. Pusat yang dimaksud adalah Kalingga, di sana ada pendeta bernas Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke Bahasa Mandarin.

Ia bekerja bersama dengan pendeta Jawa bernama Janabadra. Kitab terjemahan tersebut antara lain memuat cerita mengenai Nirwana.

Naskah Wai-Tai-Ta

Pada abad 12 M, naskah Wai-Tai-Ta dari Cina menyebutkan bahwa Chepo atau Jawa disebut juga sebagai Poe-Chua-Lung. Ternyata, seiring perkembangan ilmu Sinologi dan Bahasa, para ahli memperkirakan bahwa Poe-Chua-Lung merujuk ke Pekalongan.

Poe-Chua-Lung adalah penamaan suatu daerah pelabuhan di pantai utara Jawa pada masa Dinasi Tsung. Mereka menganggap bahwa pelabuhan Pekalongan adalah gerbang utama Jawa, sehingga Poe-Chua-Lung juga menjadi sebutan lain untuk Jawa. Tentunya, yang dimaksud adalah pelabuhan di Pekalongan.

Catatan Dinasti Ming

Laksamana Cheng Ho dari Dinasi Ming pada tahun 1439 Masehi singgah di Pekalongan. Ia menyebut Pekalongan (Poe-Chua-Lung) sebagai Wu-Chueh yang berarti pulau yang indah.

Sebutan tersebut diketahui dari catatan Hma-Huan, sekretaris Laksamana Cheng-Ho yang menulis mengenai sebutan Wu-Chueh dari Laksamana tersebut di dalam bagian Yang-Yai-Sheng-Lan (pemandangan yang indah-indah).

Carita Parahyangan

Selain berita dari luar negeri, terdapat pula catatan lokal yang berhubungan dengan Kerajaan Kalingga. Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, yakni Parwati menikah dengan putra mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak yang kelak menjadi raja kedua dari Galuh.

Ratu Sima memiliki cucu bernama Sanaha yang Mekkah dengan raja ketiga Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Galuh (723-732 M).

Setelah Ratu Sima meninggal pada tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, hingga akhirnya menjadi Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkan kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya atau Rakeyan Panaraban. Kemudian, Raja Sanjaya menikahi Sudiwara putri Dwasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara dan memilki putra, yakni Rakai Panangkaran.

Pendiri Kerajaan Kalingga

Diperkirakan bahwa sebagai raja pertama, Prabu Wasumutri adalah pendiri Kerajaan Kalingga. Namun, lagi-lagi catatan sejarah mengenai kerajaan ini langka dan tidak jelas. Belum dapat benar-benar diketahui apakah Wasumutri adalah pendirinya atau bukan.

Sementara itu, tulisan dalam Prasasti Sojomerto yang menerangkan silsilah keluarga Kerajaan Kalingga mengungkapkan bahwa Dapunta Sailendra adalah pendiri Kerajaan Kalingga. Sehingga dapat disimpulkan pula bahwa pendiri Kalingga berasal dari keturunan Dinasti Sailendra, yang kelak (setelah Kerajaan Kalingga) merupakan penguasa Kerajaan Mataram Kuno.

Sumber lain mengatakan bahwa menantu Wasumutri, yakni Kirathasinga sebagai pendirinya. Intinya, pendiri atau awal mula berdirinya Kerajaan Kalingga belum dapat disimpulkan.

Silsilah Kerajaan Kalingga

Raja yang paling berpengaruh di Kerajaan Kalingga adalah tidak lain Ratu Shima/Sima yang dianggap sebagai Raja yang paling adil, menjunjung tinggi hukum, dan bijaksana. Namun, keberhasilannya juga tidak dapat diraih tanpa silsilah keseluruhan dari Kerajaan ini, Berikut adalah urutan Raja-Raja yang pernah memerintah Kalingga.

1.     Prabu Wasumurti (594-605 M)
Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Kalingga, bukan hanya itu saja, dimungkinkan pula bahwa dengan mendirikan Kalingga ia juga menjadi asal-muasal Kerajaan Mataram Kuno yang menjadi salah satu Kerajaan terkuat di Nusantara.

2.     Prabu Wasugeni (605-632 M)

3.     Prabu Wasudewa (632-652 M)

4.     Prabu Wasukawi (652 M)

5.     Prabu Kirathasingha (632-648 M)

6.     Prabu Kartikeyasingha (648-674 M)
Berkuasa bersama Ratu Sima selama 26 tahun, merupakan menantu Prabhu Wasugeni setelah menikah dengan Dewi Wasuwari (Ratu Sima).

7.     Ratu Shima (674-695 M)
Merupakan raja Kerajaan Kalingga yang dianggap paling berpengaruh, terkenal, dan berhasil membawa Kerajaan ini ke masa kejayaannya. Ia adalah Ratu, Maharani atau Raja Wanita pertama dari Kerajaan ini yang membuatnya istimewa. Seakan telah menyerukan nafas feminisme yang kuat dari masa lampau yang kebanyakan masih menganut sistem patriarki.

Kehidupan Kerajaan Kalingga

Sistem pemerintahan kerajaan Kalingga diduga merupakan salah satu yang telah menjunjung tinggi peraturan atau hukum yang disusun. Rakyatnya diperkirakan sudah sangat melek terhadap hukum.

Persidangan menteri juga sudah berjalan dalam mempertimbangkan hukuman terhadap rakyat bahkan kerabat atau pejabat kerajaan yang melanggar sekalipun.

Kehidupan Politik

Penguasa yang paling terkenal di Kerajaan Kalingga adalah seorang raja wanita, Ratu, atau Maharani Sima yang memerintah sekitar tahun 674. Ratu Shima dikenal sebagai Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum ditegakkan seadil-adilnya dan musuh kerajaan sangat segan terhadapnya.

Dikisahkan bahwa untuk mengetes kejujuran rakyatnya, Ratu Sima meletakkan pundi-pundi yang berisi emas di tengah jalan (kantung berisi emas). Kemudian membiarkannya sampai waktu yang lama. Setelah bertahun-tahun ternyata tidak ada satu pun orang yang menyentuhnya.

Namun, pada tahun ketiga dikatakan bahwa salah satu anggota keluarga istana yang tengah berjalan-jalan menyentuh kantung berisi emas tersebut. Hal tersebut diketahui Ratu Sima. Anggota keluarga itu akhirnya hendak diberi hukuman mati.

Namun, berdasarkan persidangan para menteri, hukuman mati itu diperingan dengan hukuman potongan kaki. Karena, bagian yang menyentuh kantung emas tersebut adalah kakinya. Tampak bahwa ia tidak membedakan baik rakyat maupun anggota keluarganya sendiri.

Kehidupan Ekonomi

Kepemimpinan Ratu Sima yang adil menjadikan rakyatnya hidup teratur, aman dan tenteram. Sehingga tidak ada gangguan yang berarti dalam kehidupan sosial dan ekonomi kerajaan ini. Mata pencaharian utama dari penduduk umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga sangatlah subur.

Selain itu dalam berita Cina, disebutkan bahwa Kerajaan Kalingga menghasilkan produk seperti: kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah.

Kehidupan Agama

Kerajaan ini didominasi oleh agama Buddha. Agama ini berkembang pesat di Kerajaan Kalingga. Dalam berita dari Dinasti I-Tsing, disebutkan bahwa tanah Jawa (Kalingga tepatnya) menjadi salah satu pusat pengetahuan agama Buddha Hinaya.

Melanjutkan penjelasannya, catatan itu mengatakan bahwa di sana ada pendeta bernama Hwining, yang menerjemahkan salah satu kitab agama Buddha ke Bahasa Mandarin. Ia bekerja bersama seorang pendeta bernama Janabadra.

Masa Kejayaan Kerajaan Kalingga

Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi kala dipimpin oleh Ratu Shima sejak 674 hingga 732 Masehi. Kejujuran dan keadilan sangat di junjung tinggi. Penerapan juga sangat tegas dan tidak pandang bulu. Misalnya, pemerintah akan memotong tangan siapa saja, jika memang telah terbukti mencuri.

Bahkan, Dinasi Ta-Shish pada tahun 674 M tercatat mengurungkan niatnya untuk menyerang Kalingga. Hal tersebut disebabkan karena Kerajaan ini dianggap terlalu kuat ketika dipimpin oleh Ratu Sima.

Diberitakan pula bahwa dalam pemerintahan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga menjadi pemerintahan yang menjunjung tinggi hukum. Bahkan, ketika saudara Ratu sendiri melanggar peraturan, ia tetap diproses secara tegas oleh hukum yang berlaku.

Runtuhnya Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga kemungkinan diruntuhkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Serangan Sriwijaya memaksa pemerintahan Kalingga untuk mundur hingga ke pedalaman Jawa bagian tengah atau bahkan Jawa Bagian Timur pada sekitar tahun 742-755 M.

Sriwijaya akhirnya berhasil menguasai teritori Kalingga beserta jalur perdagangannya setelah sebelumnya telah berhasil menaklukan Melayu dan Tarumanegara. Selain itu, alasan lainnya diperkirakan bahwa setelah kematian Ratu Sima, kerajaan ini sudah mulai mengalami penurunan pula.


Thursday, October 15, 2020

Aceh Versus Portugis dan VOC

 Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah bagi Aceh. Banyak para pedagang Islam yang mengalihkan kegiatan perdagangannya dari Malaka ke Aceh. Dengan demikian, perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah mendorong Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan. Kerajaan Aceh muncul sebagai kekuatan baru, yang berhasil menguasai daerah perdagangan seperti di pantai timur Sumatera sebelah utara. Bahkan Aceh kemudian mampu mengendalikan pusat-pusat perdagangan di pantai barat Sumatera, seperti di Barus, Tiku, dan Pariaman. Pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Ri’ayat al-Kahar (1537-1568) terkenal sebagai tokoh yang meng-aceh-kan kawasan pantai barat Sumatera. Tampilnya Aceh sebagai kekuatan ekonomi dan politik di kawasan pantai Sumatera Barat dan pantai timur Sumatera, sangat disegani oleh pedagangpedagang asing. Pedagang-pedagang asing seperti dari Perancis, Inggris, Belanda kalau ingin berdagang di wilayah pantai barat Sumatera dan tempattempat lain yang menjadi daerah kekuasaan Aceh harus minta izin kepada Aceh. Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berupaya untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh. Kembali Portugis tahun berikutnya melancarkan serangan ke Aceh. Beberapa serangan Portugis ini mengalami kegagalan. Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh dimanapun berada. Tindakan Portugis ini tidak dapat dibiarkan. Aceh yang ingin berdaulat dan tetap dapat mengendalikan perdagangan di beberapa pelabuhan penting di Sumatera, merencanakan untuk melakukan perlawanan. Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara lain: 1) melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit; 2) mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567; dan 3) mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara. Memahami Teks 76 Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK Semester 1 Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati-matian di Benteng Formosa. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh. Sementara itu, para pedagang Belanda juga ingin mendapatkan keuntungan dengan berdagang di pantai barat Sumatera, bahkan kalau perlu dapat melakukan monopoli. Oleh karena itu, VOC harus bersaing dengan Portugis dan harus mendapat izin dari Aceh. Padahal Aceh dikenal anti terhadap dominasi dan para pedagang asing. Terkait dengan ini para pedagang Belanda melalui Pangeran Maurits pernah berkirim surat kepada Raja Aceh, Alauddin tertanggal 23 Agustus 1601. Dalam surat dipenuhi dengan kata-kata sanjungan dan puji-pujian kepada Sultan Alauddin dan rakyat Aceh. Dalam surat itu juga dicantumkan kata-kata yang menjelek-jelekkan Portugis, dan juga dicantumkan tawaran bantuan untuk mengusir orangorang Portugis. Surat itu kemudian ditutup dengan kalimat: “ Mencium tangan Yang Mulia, dari hamba, Maurits de Nassau” Pada waktu utusan Pangeran Maurits itu menyerahkan surat tersebut juga disertai dengan sejumlah hadiah dan hantaran (Uka Tjandrasasmita, “Persaingan di Pantai Barat Sumatera: dalam buku Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012). Dengan surat ini ternyata Sultan Aceh yang kebetulan sedang bermusuhan dengan Portugis, dapat menerima kehadiran para pedagang Belanda. Bahkan pada tahun 1607 Aceh memberikan izin kepada VOC untuk membuka loji di Tiku di pantai Barat Sumatera. » Nah, bagaimana penilaian kamu tentang surat Belanda terhadap Sultan Aceh? Benarkah hal itu berangkat dari sebuah kejujuran dan kata hati, ataukah memiliki tujuan-tujuan yang lebih jauh, coba beri penjelasan! Apapun yang terjadi, rakyat Aceh dan para pemimpinnya tetap memiliki pendirian dan semangat untuk terus berdaulat dan menentang dominasi orang asing. Oleh karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Bahkan pada masa Sejarah Indonesia 77 pemerintahan Iskandar Muda ini mulai memutuskan hubungan dan menolak kehadiran VOC. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercitacita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar Muda juga menentang kesewenang-wenangan VOC yang sudah berkuasa di Batavia. Dalam rangka melawan Portugis di Malaka, Sultan Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit. Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia bahkan, Aceh juga menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalur perdagangan. Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Pariaman. Para pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali ini juga belum berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Portugis dapat diusir dari Malaka oleh VOC pada tahun 1641, setelah VOC bersekutu dengan Kesultanan Johor.

Kerajaan Kutai


 

Kerajaan Tarumanegara

Peradaban kuno Mesir

 

Peradaban kuno Mesir

Mesir adalah satusatunya kebudayaan tertua di Benua Afrika.

Hal ini disebbakan lembah sungai Nil termasuk daerah yang subur sehingga rakyat mudah unbtukmembangan sebuah peradaban. Selain itu sungai Nil menjadi penyokong utama di \Mesir. Herodotius mengatakan  Mesir adalah hadiah dari Sungai Nil.

 System penmerintahan

Mesir adalah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Firaun. Ia memiliki kekuasaan sangat mutlak. Ia berperan sebagai kepala Negara, kepala agama dan kepala panglinma perang.. pemerintahan yang dipimpin Firaun memiliki cirri-ciri sbb:

·         Raja memerintah sekehendak hati

·         Seluruh kekuasaan ada ditangan raja baik sipil (ekonomi, pemerintahan dan hukum) militer dan agama.

·         Rakyat tunduk sepenuhnya terhadap perintah raja. Salah satunya wajib bayar pajak.

Firaun mengangkat para pejabat yang berasal dari golongan bangsawan. Untuk membantu menjalankan pemerintahan ia dibantu oleh seorang Wazir atau perdana mentri. Umumnya wazir dijabat oleh putra mahkota.  Sejak tahun 3400 SM Mesior diperintah oleh 30 dinasti yang terbagi dalam 3 zaman, yaitu Mesir tua, mesir tengah dan mesir muda.

Mesir tua berlangsung sekitar tahun 3400 -3160 SM. Berpusat di Memphis. Kerajaaan ini timbul setelah raja Menes berhasil mempersatukan Mesir Hilir dan Mesir Hulu.. Menes diberi gelar Nesutbioti dan digambarkan memakai mahkota kembar.

Kerajaan ini disebut juga zaman piranida Karen banyak dibangun piramida salah satunya Piramida Sakarah dari firaun Joser dan piramida giza yang mrupakan makam piraun Cheops, Chifren dan Menkawa.

Kerajaan Mesir muda runtuh karena serangan bansa dari Asia Kecill dan bayaknya raja bawahan yang melepaskan diri.



Mesir pertengahan

Periode ini berlangsung  2160 – 1788 SM. Kerajaan Mesir tua dapat diersatukan kembali  pada masa raja Sosanntres \iII. Usaha yang dilakukan untuk membangun kembali kerajaan antara lain membangun pertanian dan saluran irigasi mengaktifkan usa perdagangan dengan wilayah |Timur engah.. dan mengadakan ekspansi  sampai ke Nubia.

Namun akhirnya runtuh oleh serangan bangsa Hykos.

Mesir baru

Berlangsung sekita 1500 – 100 SM. Masa ini ditandai dengan tampilnya Mesir sebagai kerajaan imperium yang berhasil menguasai sebagian Timur tengah dan asia barat ermasuk palestinadan Syria.  Raja-raja yg pernah berkuasa

Raja Ahmosis I. berhasil mengusir bangsa \hyksos

Thutmosis I yang mampu menguasai Mesopotamia

Thtmosis III sebagai raja terbesar yang menguasai Syria, Ethioopia, Lybia sampai ke Pulau Kreta. Dan \sisila.

Raja Amen Hoep IV yang pertamakali memperkenalkan kepercayaan monoteisme yang menyatakan bahwa ia seorang  manusia biasa dan bukan dewa.

Raja \Ramses II sebagai peletak dasar pembangunan di ||||||| Mesir. Ia berhasil merintis pembangunan terusan yagn menghubungkan sungai Nil denga  Laut Merah an membangun kuil besar dib u Sibel.

 Kerajaan ini mengalami kemunduran  akbat penaklukan dari bangsa Assyria yang selanjutnya diserahkan ke Persia. Pada  masa |Iskandar Zulkarnaen Mesir menjadi bagia dari Romawi.

System   kepercayaan.

Bangsa Mesir menganut kepercayaan politeisme.  Dewa ertinggi adalah  dewa ra sebgai dewa matahari. Untuk memujanya dibangun tugu obelisk. Dewa Osiris sebagai dewa peradilan di alam baka

Dan dewa horus d sebagai dewa sungai nil

Mesir juga mengenal  kepercayaan totemisme, misalnya dewa Anubis dan dewa ibis. Anubis sebagai dewa kematian digambarkan berkepala anjing, dewa ibis diganbarkan berkepala  burung.

Dewa Thoth dewa pengetahuan = burung babun

Knum dewa pencipta = domba jantan

 

Hasil kebudayaan

Tulisan hieroglyph yang berhasil dibaca  oleh eoang sarjana perancis Jean Francois Champollion 1799.

Mumi gambaran kemampuan mengawetkan jenazah mereka percaya kalau jasad utuh maka rohnya akan tetap hidup.

Kaender peraedaran matahari

Piramida banguna tempat makam padre raja. Pirmira da terbesar adalah  Cheops 137 m

Spink, patung singa perkepala manusia

Obelisk tempat memuja dewa ra

Mastaba makam para bangsawan berupa piramida terbalik

Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin

 https://youtu.be/lUHfmckr-VQ


Perkembangan Ekonomi Masa Demokrasi Terpimpin
Sejak diberlakukannya kembali UUD 1945, dimulailah pelaksanaan
ekonomi terpimpin, sebagai awal berlakunya
herordering ekonomi. Dimana
alat-alat produksi dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai
oleh negara atau minimal di bawah pengawasan negara. Dengan demikian
peranan pemerintah dalam kebijakan dan kehidupan ekonomi nasional makin
menonjol. Pengaturan ekonomi berjalan dengan sistem komando. Sikap dan
kemandirian ekonomi (berdikari) menjadi dasar bagi kebijakan ekonomi.
Masalah pemilikan aset nasional oleh negara dan fungsi-fungsi politiknya
ditempatkan sebagai masalah strategis nasional.
Kondisi ekonomi dan keuangan yang ditinggalkan dari masa Demokrasi
Liberal berusaha diperbaiki oleh Presiden Soekarno. Beberapa langkah yang
dilakukannya antara lain membentuk Dewan Perancang Nasional (Depernas)
dan melakukan
sanering mata uang kertas yang nilai nominalnya Rp500 dan
Rp1.000,00 masing-masing nilainya diturunkan menjadi 10% saja.
Depernas disusun di bawah Kabinet Karya pada tanggal 15 Agustus 1959
yang dipimpin oleh Mohammad Yamin dengan beranggotakan 80 orang. Tugas
dewan ini menyusun
overall planning yang meliputi bidang ekonomi, kultural
dan mental. Pada tanggal 17 Agustus 1959 Presiden Soekarno memberikan
pedoman kerja bagi Depernas yang tugas utamanya memberikan isi kepada
proklamasi melalui
grand strategy, yaitu perencanaan overall dan hubungan
pembangunan dengan Demokrasi Terpimpin dan Ekonomi Terpimpin.
Depernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola pembangunan
nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta Berencana dengan
mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan.
Perencanaan ini meliputi perencanaan segala segi pembangunan jasmaniah,
rohaniah, teknik, mental, etis dan spiritual berdasarkan norma-norma dan
nilai-nilai yang tersimpul dalam alam adil dan makmur. Pola Pembangunan
Semesta dan Berencana terdiri atas
Blueprint tripola, yang meliputi pola
proyek pembangunan, pola penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan
pembangunan.
Pola Proyek Pembangunan Nasional Semesta Berencana tahap pertama
dibuat untuk tahun 1961-1969, proyek ini disingkat dengan Penasbede.
Penasbede ini kemudian disetujui oleh MPRS melalui Tap MPRS No. I/
MPRS/1960 tanggal 26 Juli 1960 dan diresmikan pelaksanaanya oleh Presiden
Soekarno pada tanggal 1 Januari 1961.

Depernas pada tahun 1963 diganti dengan Badan Perancangan
Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin langsung oleh Presiden
Soekarno sendiri. Tugas Bappenas ialah menyusun rancangan pembangunan
jangka panjang dan jangka pendek, baik nasional maupun daerah, serta
mengawasi laporan pelaksanaan pembangunan, dan menyiapkan dan menilai
Mandataris untuk MPRS.
Kebijakan
sanering yang dilakukan pemerintah berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 2/1959 yang berlaku tanggal
25 Agustus 1959 pukul 06.00 pagi. Peraturan ini bertujuan mengurangi
banyaknya uang yang beredar untuk kepentingan perbaikan keuangan dan
perekonomian negara. Untuk mencapai tujuan itu uang kertas pecahan
Rp500,00 dan Rp1.000,00 yang ada dalam peredaran pada saat berlakunya
peraturan itu diturunkan nilainya menjadi Rp50,00 dan Rp100,00. Kebijakan
ini diikuti dengan kebijakan pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank
yang nilainya di atas Rp25.000,00 dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan keuangan kemudian diakhiri dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 6/1959 yang isi pokoknya ialah
ketentuan bahwa bagian uang lembaran Rp1.000,00 dan Rp500,00 yang masih
berlaku harus ditukar dengan uang kertas bank baru yang bernilai Rp100,00
dan Rp50,00 sebelum tanggal 1 Januari 1960.
Setelah keamanan nasional berhasil dipulihkan, kasus DI/TII Jawa Barat
dan pembebasan Irian Barat, pemerintah mulai memikirkan penderitaan
rakyatnya dengan melakukan rehabilitasi ekonomi. Konsep rehabilitasi
ekonomi disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri Pertama Ir Djuanda
dan hasilnya dikenal dengan sebutan Konsep Djuanda. Namun konsep ini mati
sebelum lahir karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap
bekerja sama dengan negara revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia.
Upaya perbaikan ekonomi lain yang dilakukan pemerintah adalah
membentuk Panitia 13. Anggota panitia ini bukan hanya para ahli ekonomi,
namun juga melibatkan para pimpinan partai politik, anggota Musyawarah
Pembantu Pimpinan Revolusi (MPPR), pimpinan DPR, DPA. Panitia ini
menghasilkan konsep yang kemudian disebut Deklarasi Ekonomi (Dekon)
sebagai strategi dasar ekonomi Indonesia dalam rangka pelaksanaan Ekonomi
Terpimpin.
Strategi Ekonomi Terpimpin dalam Dekon terdiri atas beberapa tahap;
Tahapan pertama, harus menciptakan suasana ekonomi yang bersifat nasional
demokratis yang bersih dari sisa-sisa imperialisme dan kolonialisme. Tahapan
ini merupakan persiapan menuju tahapan kedua yaitu tahap ekonomi sosialis.

Beberapa peraturannya merupakan upaya mewujudkan stabilitas ekonomi
nasional dengan menarik modal luar negeri serta merasionalkan ongkos
produksi dan menghentikan subsidi.
Peraturan pelaksanaan Dekon tidak terlepas dari campur tangan politik
yang memberi tafsir sendiri terhadap Dekon. PKI termasuk partai yang menolak
melaksanakan Dekon, padahal Aidit terlibat di dalam penyusunannya, selama
yang melaksanakannya bukan orang PKI. Empat belas peraturan pemerintah
yang sudah ditetapkan dihantam habis-habisan oleh PKI. Djuanda dituduh
PKI telah menyerah kepada kaum imperialis. Presiden Soekarno akhirnya
menunda pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut pada bulan September
1963 dengan alasan sedang berkonsentrasi pada konfrontasi dengan Malaysia.
Kondisi ekonomi semakin memburuk karena anggaran belanja negara
setiap tahunnya terus meningkat tanpa diimbangi dengan pendapatan negara
yang memadai. Salah satu penyebab membengkaknya anggaran belanja tersebut
adalah pembangunan proyek-proyek mercusuar, yang lebih bersifat politis
dari pada ekonomi, misalnya pembangunan Monumen Nasional (Monas),
pertokoan Sarinah, dan kompleks olahraga Senayan yang dipersiapkan untuk
Asian Games IV dan
Games Of the New Emerging Forces (Ganefo).
Kondisi perekonomian yang sangat merosot mendorong pemerintah
berusaha mendapatkan devisa kredit (kredit impor) jangka panjang yang harus
dibayar kembali setelah satu atau dua tahun. Menteri Bank Sentral Yusuf
Muda Dalam memanfaatkan devisa kredit ini sebagai
deferedpayment khusus
untuk menghimpun dan menggunakan dana revolusi dengan cara melakukan
pungutan terhadap perusahaan atau perseorangan yang memperoleh fasilitas
kredit antara Rp250 juta sampai Rp 1 milyar. Perusahaan atau perseorangan
itu harus membayar dengan valuta asing dalam jumlah yang sudah ditetapkan.
Walaupun cadangan devisa menipis, Presiden Soekarno tetap pada
pendiriannya untuk menghimpun dana revolusi, karena dana ini digunakan
untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat prestise politik atau mercusuar,
dengan mengorbankan ekonomi dalam negeri.
Dampak dari kebijakan tersebut ekonomi semakin semrawut dan
kenaikan barang mencapai 200-300% pada tahun 1965 sehingga pemerintah
mengeluarkan kebijakan bahwa pecahan mata uang Rp1.000,00 (uang lama)
diganti dengan Rp1,00 (uang baru). Tindakan penggantian uang lama dengan
uang baru diikuti dengan pengumuman kenaikan harga bahan bakar yang
mengakibatkan reaksi penolakan masyarakat. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan menyuarakan aksiaksi Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More