ORGANISASI
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
Pergerakan nasional Indonesia ditandai dengan munculnya berbagai
organisasi modern. Pada tanggal 20 Mei 1908 berdiri organisai modern pertama
Indonesia, yakni Budi Utomo. Hari itulah yang kemudian dijadikan sebagai
tonggak kebangkitan nasional. Organisasi-Organisasi yang muncul dapat
dikatagorikan sebagai berikut:
1.
Masa pembentukan (1908
– 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische
Partij.
2.
Masa
radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia
(PNI).
3.
Masa moderat/kooperasi
(1930 – 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi.
Di
samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan. Berikut ini organisasi-organisa pada masa pergerakan
nasional Indonesia
Budi Utomo (BU)
Organisasi ini dipelopori oleh mahasiswa STOVIA (School
tot Opleideing van Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Pada saat itu Dr.
Wahidin Sudirohusodo sedang menggalang dana untuk beasiswa mahasiswa STOVIA.
Dari berbagai pidato yang dilakukan oleh Dr Wahidin Sudirohusodo, kemudian muncul
keinginan untuk membuat sebuah organisasi modern. Pada tanggal 20 Mei 1908
sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di Jakarta. Ketua Budi Utomo
adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908
dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain pendiri Budi Utomo
adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.
Budi
Utomo muncul dua aliran berikut.
1.
Pihak kanan,
berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
2.
Pihak kiri, yang
jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan
kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya
dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto
Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak
Budi Utomo semakin lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
semakin lambannya Budi Utomo.
1.
Budi Utomo cenderung
memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada penduduk umumnya.
2.
Lebih mementingkan
pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat Indonesia.
3.
Menonjolnya kaum
priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.
Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang
politik.
Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai
Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur
dari arena politik.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para
pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI
didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik
Jawa yang saat itu sedang bersaing dengan para pedagang barik Cina. Garis yang
diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan
Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang
lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena
itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada
tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi
Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto,
Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena
bermotivasi agama Islam.
Latar
belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
1.
perlawanan terhadap
para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2.
isyarat pada umat
Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan kekuatannya
3.
membuat front melawan
semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Pada
tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg
pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tidak
diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial
Belanda justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik pemerintah
colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan perpecahan muncul
dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan Semaun mengenai
kapitalisme.
Menurut
Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram.
Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin
partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota
organisasi lain terutama yang beraliran komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua
yaitu SI Putih dan SI Merah.
1.
SI Putih, yang tetap
berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus
Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
2.
SI Merah, yang
berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di
Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti
nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Indische Partij (IP)
Indische Partij adalah partai politik pertama di
Indonesia. menunjukkan para pendiri Indische Partij yang terkenal dengan
sebutan tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), Ki Hajar
Dewantara (R.M. Suwardi Suryaningrat), dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische
Partij dideklarasikan tanggal 25 Desember 1912. Tujuan Indische Partij sangat
jelas, yakni mengembangkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia.
Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan tanpa memandang suku, agama, dan
ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100
tahun pembebasan Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat
Indonesia untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij
menentang rencana tersebut. Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat
dalam harian De Expres, dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku
orang Belanda). Suwardi mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah
(Indonesia) disuruh merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah
dengan sikap para tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo,
dan Suwardi Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.
Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang
bernama Indische Vereeniging. Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan
Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam
organisasi ini adalah R. Pandji Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul
Rivai, Radjiman Wediodipuro (Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya
Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka, memperoleh suatu
pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh rakyat. Kedatangan
tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan Suwardi
Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging. Indische
Vereeninging pada tahun 1924 berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI)
Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia yang
diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin menonjol
setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang kebebasan
dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right of Self
Determination).
Akibat sepak terjang PI dinggap berbahaya oleh Belanda. Belanda
kemudian menangkap para pimpinan PI antara lain Mohammad Hatta, Nazir
Pamuntjak, Abdul Madjid Djojodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo. Keempat tokoh
tersebut disidangkan di Den Haaf (1928), kemudian dibebaskan karena tidak
terbukti.
Partai Komunis Indonesia (PKI)
Partai Komunis Indonesia (PKI) secara resmi berdiri pada tanggal
23 Mei 1920. Berdirinya PKI tidak terlepas dari ajaran Marxis yang dibawa oleh
Sneevliet. Ia bersama teman-temannya seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P.
Bergsma, mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang
pada tanggal 4 Mei 1914. Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara
lain Darsono, Semaun, Alimin, dan lain-lain.
PKI
terus berupaya mendapatkan pengaruh dalam masyarakat. Salah satu upaya yang
ditempuhnya adalah melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat Islam. Organisasi
PKI makin kuat ketika pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow.
Ditambah dengan tokoh-tokoh Alimin dan Musso, maka peranan politik PKI semakin
luas.
Pada tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan
pemberontakan di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pemberontakan ini sangat sia-sia karena massa sama sekali tidak siap di samping
organisasinya masih kacau. PKI telah mengorbankan ribuan orang yang termakan
hasutan untuk ikut serta dalam pemberontakan. Dampak buruk lainnya yang menimpa
para pejuang pergerakan di tanah air adalah berupa pengekangan dan penindasan
yang luar biasa dari pemerintah Belanda sehingga sama sekali tidak punya ruang
gerak. Walaupun PKI dinyatakan sebagai partai terlarang tetapi secara ilegal
mereka masih melakukan kegiatan politiknya. Semaun, Darsono, dan Alimin
meneruskan propaganda untuk tetap memperjuangkan aksi revolusioner di
Indonesia.
Taman Siswa
Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan nasional yang didirikan
oleh Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara) di Yogyakarta pada tanggal 3
Juli 1922. Lembaga ini bertujuan menyesuaikan sistem pendidikan dengan
kebudayaan Indonesia. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan Pancadarma Taman
Siswa yang meliputi dasar kodrat alam, dasar kemerdekaan, dasar kebudayaan,
dasar kebangsaan atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan. Dalam pendidikan,
Taman Siswa hendak mewujudkan sistem “among” untuk mengadakan pola belajar
asah, asih, asuh. Diterapkan pola kepemimpinan “ing ngarso sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang artinya seorang pemimpin harus
dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan mendorong untuk maju.
Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak
berawal dari studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI).
Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927
tidak terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club. Lahirnya PNI juga
dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang kompleks. Pemberontakan PKI
pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk menyusun kekuatan baru dalam
menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian partai ini dihadiri Ir.
Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr.
Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI berkembang sangat pesat
karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
1.
Pergerakan yang ada
lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2.
PKI sebagai partai
massa telah dilarang.
3.
Propagandanya menarik
dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk
mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi
sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran nasional,
kemauan nasional, dan perbuatan nasional. Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia
merdeka. Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self
help (berjuang dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap
pemerintah juga antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah
marhaenisme.
Pada tanggal 29 Desember 1929, Belanda menangkap Soekarno dan
kawan kawan dengan tuduhan akan memberontak. Dalam persidangan di Bandung,
Soekarno menyampaikan pledoi yang berjudul Indonesia Menggugat. Meskipun
demikian Belanda tetap memberikan hukuman kepada Soekarno.
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI)
PPPKI
dibentuk di Bandung pada tanggal 17 – 18 Desember 1927. Beranggotakan
organisasi-organisasi seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo
(BU), PNI, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia.
Tujuan dibentuknya PPPKI yaitu:
1.
menghindari segala
perselisihan di antara anggota-anggotanya;
2.
menyatukan organisasi,
arah, serta cara beraksi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
3.
mengembangkan
persatuan kebangsaan Indonesia.
Pembentukan
organisasi PPPKI sebagai ide persatuan sejak awal mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan
keretakan tersebut.
1.
Masing-masing anggota
lebih mementingkan loyalitas pada masing-masing kelompoknya.
2.
Kurangnya kontrol
pusat terhadap aktivitas lokal.
3.
Perbedaan gaya
perjuangan di antara organisasi-organisasi anggota PPKI tersebut.
Penggabungan
berbagai organisasi ini telah membukakan jalan bagi para pemuda Indonesia untuk
melaksanakan Kongres Pemuda I dan II.
Partai Indonesia (Partindo)
Ketika Ir. Soekarno yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada
tahun 1929, maka PNI pecah menjadi dua yaitu Partindo dan PNI Baru. Partindo
didirikan oleh Sartono pada tahun 1929. Sejak awal berdirinya Partindo memiliki
banyak anggota dan terjun dalam aksi-aksi politik menuju Indonesia Merdeka.
Dasar Partindo sama dengan PNI yaitu nasional. Tujuannya adalah mencapai
Indonesia merdeka. Asasnya pun juga sama yaitu self help dan nonkooperasi.
Partindo
semakin kuat setelah Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932,
setelah dibebaskan dari penjara. Namun, karena kegiatan-kegiatannya yang sangat
radikal menyebabkan pemerintah melakukan pengawasan yang cukup ketat. Karena
tidak bisa berkembang, maka tahun 1936 Partindo bubar.
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai
Indonesia Raya (Parindra). Parindra didirikan di kota Solo oleh dr. Sutomo pada
tanggal 26 Desember 1935. Parindra merupakan fusi dan Budi Utomo dan Persatuan
Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia Raya. Asas
politik Parindra adalah insidental, artinya tidak berpegang pada asas kooperasi
maupun nonkooperasi. Sikapnya terhadap pemerintah tergantung pada situasi dan
kondisi yang dihadapi, jadi luwes. Tokoh-tokoh Parindra yang terkenal dalam
membela kepentingan rakyat di volksraad adalah Moh. Husni Thamrin.
Parindra
berjuang agar wakil-wakil volksraad semakin bertambah sehingga suara yang
berhubungan dengan upaya mencapai Indonesia merdeka semakin diperhatikan oleh
pemerintah Belanda. Perjuangan Parindra dalam volksraad cukup berhasil,
terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi Indonesier.
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan
Rakyat Indonesia (Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh
orang-orang bekas Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane,
dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya adalah nasional dan mencapai Indonesia
Merdeka. Gerindo juga menganut asas incidental yang sama dengan Parindra.
Tujuan Gerindo antara lain:
1.
mencapai Indonesia
Merdeka,
2.
memperkokoh ekonomi
Indonesia,
3.
mengangkat
kesejahteraan kaum buruh, dan
4.
memberi bantuan bagi
kaum pengangguran.
Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Pada
tanggal 15 Juli 1936, partai-partai politik dengan dipelopori oleh Sutardjo
Kartohadikusumo mengajukan usul atau petisi, yaitu permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakilwakil Indonesia dan negara Belanda
di mana anggotanya mempunyai hak yang sama. Tujuannya adalah untuk menyusun
suatu rencana pemberian kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri.
Namun usul tersebut ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan
terhadap keputusan pemerintah Belanda tersebut, atas prakarsa Moh. Husni
Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia
(Gapi).
Tujuan
Gapi adalah menuntut pemerintah Belanda agar Indonesia mempunyai parlemen
sendiri, sehingga Gapi mempunyai semboyan Indonesia Berparlemen. Tuntutan
Indonesia Berparlemen terus diperjuangkan dengan gigih. Akhirnya pemerintah
Belanda membentuk komisi yang dikenal dengan nama Komisi Visman karena diketuai
oleh Dr. F.H.Visman. Tugas komisi ini adalah menyelidiki dan mem-pelajari
perubahan-perubahan ketatanegaraan.
Namun,
setelah melakukan penelitian, Komisi Visman mengeluarkan kesimpulan yang
mengecewakan bangsa Indonesia. Menurut komisi tersebut, sebagian besar rakyat
Indonesia berkeinginan hidup dalam ikatan Kerajaan Belanda. Gapi menolak
keputusan tersebut, sebab dianggap hanya rekayasa Belanda dan bertentangan
dengan keinginan rakyat Indonesia. (lengkapnya baca DISINI)
Organisasi Keagamaan
Gerakan Muhamadiyah didirikan
oleh H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912. Asas perjuangannya
adalah Islam dan kebangsaan Indonesia. Muhammadiyah bergerak dalam bidang
keagamaan, pendidikan, sosial budaya yang menjurus kepada tercapainya
kebahagiaan lahir & batin. Tujuan pokoknya ialah: menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Gerakan
Islam modern juga dilakukan oleh keturunan Arab. Kelompok sayid
yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad tetap mengelola Jamiat Khair,
sedangkan kelompok yang bukan keturunan sayid mendirikan perkumpulan Al-Irsyad
pada 1914 dengan bantuan Syekh Ahmad Surkati (asal Sudan) yang semula mengajar
di Jamiatul Khair. Organisasi itu menekankan persamaan umat manusia.
Nahdlatul
Ulama (Kebangkitan Para Ulama) adalah organisasi sosial keagamaan atau Jamiyyah
Diniyah Islamiyah yang didirikan oleh para ulama, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari,
K.H. Abdullah Wahab Hasbullah, K.H. Bisri Syamsuri, K.H. Mas Alwi, dan K.H.
Ridwan. Mereka pemegang teguh pada salah satu dari empat mahzab, berhaluan
Ahlussunnah waljama’ah. Tujuannya tidak saja mengembangkan dan mengamalkan
ajaran Islam, tetapi juga memperhatikan masalah sosial, ekonomi, dan sebagainya
dalam rangka pengabdian kepada umat manusia.
Majelis
ini disebut juga Majelis UI Islamil A’la Indonesia atau Majelis Islam Luhur.
MIAI didirikan di Surabaya pada September 1937 atas prakarsa tokoh-tokoh
Muhammadiyah, PSII, PII, Al-Irsyad, Persis, Persatuan Ulama Indonesia,
Al-Washiliyah, Al-Islam, Warmusi (Wartawan Muslim Indonesia). Adapun susunan
pengurusnya sebagai berikut: Ketua: K.H.A. Wahid Hasyim (NU), Wakil Ketua I:
K.H. Mas Mansyur (Muhammadiyah), Wakil Ketua II: Wondoawiseno (PSII),
Bendahara: Sukirman, Sekretaris: Satrodiwiryo (Persis). Mulanya MIAI
tidak berpolitik, tetapi kemudian mengikuti kegiatan dalam aksi-aksi politik
menetang penjajah bersama GAPI dan Majelis Rakyat Indonesia. Kegiatan MIAI yang
utama adalah melaksanakan kongres-kongres partai dan organisasi Islam
Indonesia.
Di
kalangan kaum Nasrani juga lahir organisasi, yakni PPKJ (Perkumpulan Politik
Katolik Jawi), didirikan pada 22 Februari 1925 di Yogyakarta. PPKJ bertujuan
turut berusaha sekuat tenaga bagi kemajuan Indonesia, didasarkan atas ajaran
Katolik. Organisasi ini bersifat kooperatif. Tokoh organisasi ini adalah
I.J.Kasimo, seorang pegawai gubernemen. Pada Maret 1930 diadakan kongres
pertama. Keputusannya antara lain menuntut penghapusan poenale santice dari
aturan kuli kontrak.
Organisasi Pemuda
Perkumpulan
pemuda yang pertama berdiri adalah Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada
tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta atas petunjuk Budi Utomo. Diprakarsai oleh dr.
Satiman Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah
mencapai jaya raya dengan jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda,
Madura, Bali, dan Lombok. Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang dilakukan
Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi anggotanya; memupuk tali
persaudaraan antarmurid bumiputra sekolah menengah, sekolah guru, dan sekolah
kejuruan; membangkitkan dan mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya
Indonesia, khususnya Jawa. Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo diubah menjadi
Jong Java.
Organisasi
kepemudaan lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti
Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong
Celebes, Timorees Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia),
Pemuda Indonesia, Jong Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya.
Sumpah pemuda, tidak dapat lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI
mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong
Islamienten Bond dengan penuh keyakinan ingin mencapai tujuannya yaitu
persatuan Indonesia. Para pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan
peletakan dasar untuk kemerdekaan dengan menentang ketidakadilan yang dialami
selama masa penjajahan.
Organisasi Wanita
Pelopor
gerakan wanita adalah R.A. Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat.
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki
derajat kaum wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan
tujuannya itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan wanita Barat dan
juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah oleh Mr. Abendanon dijadikan buku
berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kemudian
muncul berbagai organisasi pergerakan wanita
1.
Putri Mardiko (1912)
berdiri di Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada
gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin, R.A.
Sutinah, Joyo, dan R.R. Rukmini.
2.
Kartini Fonds (dana
Kartini) yang didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengan tujuan mendirikan
sekolah bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito
di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi Wanito di
Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
3.
Keutamaan Istri
berdiri berdiri sejak tahun 1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi
Sartika. Pada tahun 1910 didirikan Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan
mengajar anak gadis agar mampu membaca, menulis, berhitung, punya keterampilan
kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan
ini kemudian mulai diikuti oleh kaum wanita di kota-kota lainnya, yaitu
Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang Panjang
4.
Aisyiah didirikan pada
22 April 1917 dan merupakan bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti
Walidah Ahmad Dahlan. Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan
keagamaan bagi kaum wanita, memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa
kebangsaan lewat kegiatan organisasi agar kaum wanita dapat mengambil peranan
aktif dalam pergerakan nasional.
5.
Kerajinan Amal Setia
berdiri di Gadang Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana
Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan pendidikan
wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan, dan cara pemasarannya.
6.
Sarikat Kaum Ibu
Sumatra di Bukittinggi.
7.
Perkumpulan Ina Tani
di Ambon.
8.
Percintaan Ibu Kepada
Anak Turunannya (PIKAT) didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria Walanda
Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum wanita
dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon
pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya
diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan
rasa kebangsaan
Organisasi
Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak, antara lain: Pawiyatan Wanita di
Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang (1918), Wanita Rukun Santoso di
Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati di Surabaya (1919), Wanita Mulya
di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923),
Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri Indonesia (1927. Penyebarluasan
pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan menerbitkan surat kabar Putri
Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting Melajoe” di Bukittinggi,
Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetomo di Semarang, Soewara Perempuan di
Padang, dan Perempuan Bergerak di Medan.
0 comments:
Post a Comment