PROSES AWAL PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Proses Islamisasi yang terjadi di
Indonesia beriringan dengan proses perdagangan yang terjadi antara bangsa
Indonesia dengan bangsa asing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwasecara
geografis, Indonesia merupakan sebuah wilayah kepulauan yang terbuka bagi
terjadinya interaksi perdagangan. Salah satu dampak dari interaksi tersebut
adalah masuknya Islam ke Indonesia. Hal-hal yang menjadi pertanyaan mengenai
proses islamisasi tersebut ialah dari manakah asalnya bangsa Indonesia menerima
Islam, dan kapan Islam itu datang? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, lahirlah beberapa pendapat atau teori tentang islamisasi di
Indonesia.
Berita-berita dari bangsa asing
menunjukkan bahwa para pedagang Islam diperkirakan pertama kali datang ke
Indonesia pada abad ke-7 M, yaitu ketika berkuasanya Kerajaan Sriwijaya. Pada
saat itu, di pusat Kerajaan Sriwijaya telah dijumpai perkampungan-perkampungan
pedagang Arab. Menurut berita Ibn Hordadzbeth (844-848 M), pedagang
Sulaiman(902 M), Ibn Rosteh(903 M), Abu Yazid(916 M), dan ahli geografi
Mas’udi(955 M), Kerajaan Sriwijaya (Sribu a) berada di bawah kekuasaan Raja
Zabag yang kaya dan menguasai jalur perdagangan dengan Kerajaan Oman. Dari
Sribu a, para pedagang Arab memperoleh kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading,
timah, kayu hitam, kayu sapan, dan rempah-rempah (cengkeh, lada, pala dan
merica). Pedagang-pedagang Gujarat dari India yang datang ke Indonesia bukan
hanya untuk berdagang, tetapi juga untuk menyebarkan agama yang mereka anut. Di
samping itu, para saudagar yang datang dari Persia juga ikut menyebarkan agama
Islam di Indonesia.
Teknologi pelayaran pada masa itu
tidak secanggih sekarang, pelayaran pada masa lalu sangat tergantung pada angin
musim yang membantu kapal mereka bergerak sesuai tujuan. Selama beberapa bulan,
para pedagang dari berbagai bangsa tinggal di Malaka dan mereka harus menunggu
angin musim yang baik untuk kembali ke tanah air mereka. Selama masa tunggu
itu, mereka bergaul dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh
para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia untuk menyebarkan agama Islam.
Penyebaran agama Islam di
Indonesia terjadi secara berangsur-angsur selama beberapa abad lamanya. Waktu
masuknya agama Islam ke Indonesia di tiap-tiap daerah tidak sama. Namun
demikian, masuknya agama Islam pertama kali adalah di Pulau Sumatra, ketika
Kerajaan Sriwijaya berkuasa.
Jalur utama penyebaran Islam di
Indonesia adalah melalui perdagangan. Jalur lainnya adalah melalui perkawinan,
pendidikan, jalur dakwah, dan jalur kesenian. Jalur perkawinan dilakukan oleh para
pedagang Islam yang biasanya tinggal di kota-kota pantai dan membentuk
perkampungan-perkampungan untuk menunggu angin musim. Pada saat inilah, para
pedagang tersebut menikahi para wanita pribumi. Para wanita tersebut kemudian
memeluk agama Islam.
Ada beberapa pendapat atau teori
tentang proses Islamisasi di Indonesia. MenurutRicklefs,ada kemungkinan
berlangsungnya melalui dua proses. Pertama, penduduk pribumi berhubungan dengan
agama Islam dan kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing (Arab, India,
Persia, dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam bertempat tinggal secara
tetap di suatu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran, dan mengikuti
gaya hidup lokal, sehingga mereka sudah menjadi orang Jawa atau Melayu atau
anggota suku lainnya. Kedua proses ini mungkin telah sering terjadi bersamaan.
Pendapat-pendapat mengenai proses
Islamisasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut.
1. Awal kedatangan Islam di
Indonesia
Para sejarawan Indonesia
berpendapat bahwa proses Islamisasi di Indonesia sudah dimulai pada abad
pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Seorang ilmuwan Belanda yang bernama
Mouquettemenyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13-14
Masehi. Penentuan waktu itu berdasarkan tulisan pada batu nisan yang ditemukan
di Pasai. Batu nisan itu berangka tahun 17 Djulhijah 831 atau 21 September 1428
M dan identik dengan batu nisan yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim
(822 H atau 1419 M) di Gresik, Jawa Timur. Morissonmendukung pendapat Moguetta
yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan batu
nisan Malik al-Saleh,seorang raja Samudera Pasai yang berangka tahun 698 H atau
1297 M. Petunjuk pertama mengenai orang-orang Indonesia yang beragama Islam
datang dari tulisan Marcopolo yang singgah di Sumatra dalam perjalanan
pulangnya dari Cina pada tahun 1292, dia berpendapat bahwa Perlak merupakan
sebuah kota Islam.
2. Tempat asal para pembawa Islam
di Indonesia
Ada beberapa pendapat mengenai
tempat asal para pembawa Islam ke Indonesia.Snouck Hurgronjeberpendapat bahwa
para penyebar Islam di Gujarat pada abad ke-13 telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia daripada dengan orang Arab. Pendapat ini
diperkuat oleh Mouquette yang melihat kesamaan batu nisan Malik al-Salehdengan
batu nisan yang ada di Cambay, Gujarat. Selain itu, di kedua tempat ini
sama-sama menganut mazhab Syafi i. Berdasarkan ma hab yang banyak dianut oleh
orang Islam di Indonesia, Pijnappelberpendapat bahwa para pembawa Islam di
Indonesia berasal dari Gujarat dan Malabar, dengan alasan bahwa orang Arab yang
berma hab Syafi i bermigrasi dan menetap ke suatu daerah yaitu Gujarat. Kemudian
dari daerah inilah Islam masuk ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Pendapat Mouquette dibantah oleh
Fattiniyang berpendapat bahwa gaya batu nisan Malik al-Saleh memiliki corak
yang berbeda dengan batu nisan di Gujarat. Batu nisan Malik al-Saleh lebih
mirip dengan batu nisan yang ada di Bengala. Dengan demikian, Fattini menyimpulkan
bahwa tempat asal para penyebar Islam di Indonesia adalah dari Bengala yang
kini lebih dikenal dengan sebutan Bangladesh. Sementara itu Morrisondan Arnold mengatakan
bahwa Islam di Indonesia dibawa oleh orang-orang Coromandel dan Malabar.
Pendapat lain mengatakan bahwa
Islam berasal langsung dari Mekkah, Arab, sebagaimana dikemukakan oleh
Crawford. Pendapat Crawford didukung oleh sejarawan Indonesia, seperti
Hamkayang berpendapat bahwa Islam yang masuk ke Indonesia itu langsung dari
Arab. Tetapi Husein Djajadiningrat lebih berpendapat bahwa Islam di Indonesia
berasal dari Parsi atau Persia. Ia lebih menitikberatkan pada kesamaan
kebudayaan dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Persia dan Indonesia,
seperti tradisi perayaan 10 Muharam dan pengaruh bahasa yang banyak dipakai di
Indonesia. Kata bang, abdas, danmesigitadalah istilah yang ada dalam bahasa
Persia. Juga dalam mengeja huruf vocal Al-Quran digunakan istilah-istilah
Persia, yaitu jabar (a),jeer (i), dan pe es (u), padahal bahasa Arabnya
fathah(a), kasrah(i), dan Dhammah (u).
3. Para penyebar Islam di
Indonesia
Faktor yang paling penting dalam
melaksanakan Islamisasi di Indonesia adalah melalui perdagangan, seperti
dikemukakan oleh Woltersbahwa Indonesia merupakan tempat yang sangat strategis
sebagai tempat persinggahan dari bangsa-bangsa sebelah barat seperti Persia,
Arab, dan India yang hendak menuju ke timur, yaitu ke Indonesia, Cina, dan
Jepang. Selain golongan pedagang, peranan para wali juga sangat penting dalam
proses penyebaran tersebut.
Snouckbahkan berpendapat bahwa
peranan para ustad dan sultan sangat besar untuk memperkenalkan Islam di
Indonesia. Mereka berasal dari Arab dan mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad
saw. dengan memakai gelar Sayyid Syarifyang menjalankan dakwah dengan motif
keagamaan.
Di Pulau Jawa, proses Islamisasi
memiliki satu kekhasan. Islamisasi di Jawa dilakukan oleh sekelompok mubalig
Islam yang dikenal dengan sebutan walisongo. Waliarti harfiahnya adalah orang
yang dekat dengan Allah, sedangkan songomenunjukkan jumlah yaitu sembilan. Jadi
walisongoartinya sembilan orang wali. Ada pula yang mengartikan songo itu bukan
angka sembilan dalam pengertian jumlah, tetapi menunjukkan bahwa sembilan itu
(songo) menunjukkan angka yang sakral atau suci. Jadi walisongo bisa diartikan
pula dengan orangorang (wali) yang disucikan, karena jumlah wali itu lebih dari
sembilan. Walisongo sangat dihormati serta dimuliakan oleh orang-orang,
terutama di pulau Jawa, bahkan para walisongo itu diberi gelarSunanatau Susuhunanartinya
yang dijunjung tinggiatau gelar yang tinggi dan mulia.
Cara yang dilakukan oleh
walisongo dalam menyebarkan agama Islam sangat menarik. Mereka menggunakan
metode-metode yang memudahkan ajaran Islam diterima oleh masyarakat luas dari
berbagai golongan. Mereka menggunakan pendekatan kebudayaan untuk
memperkenalkan Islam kepada masyarakat. Para wali itu, antara lain sebagai
berikut.
a. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim atau Makdum
Ibrahim, sering pula disebut Maulana Maghribi,dan ada juga orang menyebutnya
dengan sebutan Kakek Bantal.Maulana Malik Ibrahim adalah orang pertama
menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak,
ulama terkenal di Samudera Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).
Dari beberapa sumber, ada yang menyebutkan ia berasal dari Persia, ada juga
yang menyebutkan dari Turki, Arab, dan riwayat lain menyebutkan ia berasal dari
Gujarat. Tetapi pendapat yang lebih kuat ia berasal dari tanah Arab, tepatnya
Maroko.
Maulana Malik Ibrahim pernah
bermukim di Campa (Kamboja). Ia menikahi putri Campa dan dikaruniai dua orang
putra, yaitu Raden Rahmat(Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha aliasRaden
Santri.Merasa cukup menjalankan misi dakwahnya di negeri itu, pada tahun 1329
M, ia hijrah ke Pulau Jawa. Daerah pertama yang dituju adalah Desa Sembalo
(sekarang daerah Leran Kecamatan Manyar, 9 kilometer dari utara kota Gresik),
daerah yang masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Meskipun ia
bukan orang Jawa, namanya terkenal di kalangan masyarakat Jawa, sebab ia yang
menjadi pelopor penyebaran Islam di Jawa dengan pusat kegiatannya di Gresik,
dekat Surabaya. Dalam proses dakwahnya kepada masyarakat, ia melakukannya
dengan penuh hati-hati, bijaksana, dan mengadakan pendekatan personal pada
masyarakat Jawa.
Kepercayaan sebelumnya yang
dipegang oleh masyarakat tidak ditentang begitu saja. Ia memperkenalkan budi
pekerti yang diajarkan Islam dengan tutur kata yang sopan, lemah lembut
sehingga banyak penduduk Jawa yang tertarik memeluk agama Islam. Maulana Malik
Ibrahim wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 822 Hijriah atau 9 April 1419 M dan
dimakamkan di Gresik.
b. Sunan Ampel
Sunan Ampelnama aslinya Raden
Rahmat, seorang kemenakan dari Raja Majapahit Kertawijaya. Menurut cerita
rakyat, ia berasal dari Campa. Mengenai Campa ini ada dua pendapat,
pertamaChampa di Indochina, kedua Jeumpa di Aceh. Disebutkan ia adalah anak
dari Raja Cempa Ibrahim Asmarakandi(Maulana Malik Ibrahim) yang diutus ke
Majapahit dan oleh Raja Majapahit diperkenankan tinggal dan menetap di
Ampeldenta (Surabaya).
Beberapa versi menyatakan bahwa
Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama adiknya, Sayid Ali
Murtadha. Tetapi sebelum sampai ke Jawa, ia singgah dahulu di Palembang,
kemudian berlabuh di daerah Gresik, dilanjutkan ke Majapahit untuk menemui
bibinya yang bernama Dwarawati,seorang putri Campa yang dipersunting Raja
Majapahit yang bergelarPrabu Sri Kertawijaya.
Pada tahun 1450, Raden Rahmat
menikah dengan Nyi Ageng Manila, putri Bupati Tuban yang sudah memeluk agama
Islam. Selanjutnya Raden Rahmat menetap di daerah Ampeldenta pemberian dari
Raja Majapahit. Di sana Raden Rahmat mendirikan masjid dan membuka pondok
pesantren, sehingga ia dikenal dengan Sunan Ampel. Sesuai dengan tugasnya, ia
adalah guru yang mengajarkan budi pekerti kepada para adipati, pembesar keraton,
dan bagi masyarakat yang ingin belajar tentang keislaman. Pada pertengahan abad
ke-15, pesantren tersebut menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh di
wilayah Nusantara.
Ajaran Sunan Ampel yang terkenal
adalah falsafah Mo Limo, Moartinyaora gelem(tidak mau) dan Limoartinya perkara
lima. Jadi maksud Mo Limo ialah tidak mau melakukan perkara lima yang
terlarang, yaitu :
1) Emoh main (tidak mau judi)
2) Emoh ngumbih (tidak mau
minum-minuman yang memabukkan)
3) Emoh madat (tidak mau minum
atau menghisap candu atau ganja)
4) Emoh maling (tidak mau
mencuri)
5) Emoh madon (tidak mau ber ina)
Keberhasilah Sunan Ampel lainnya
ialah melahirkan tokoh wali lainnya seperti Sunan Giri, Sunan Kalijaga, dan
putranya sendiri yang bernama Sunan Derajat danSunan Bonang.Keberhasilan yang
lain, Sunan Ampel menjadi perencana Kerajaan Demak. Dialah yang melantik Raden
Patah sebagai Sultan Demakyang pertama tahun 1403 Saka (1481 M). Pada tahun 900
Hijriyah (1494 M), Sunan Ampel wafat. Jena ahnya dimakamkan di Ampeldenta,
Surabaya.
c. Sunan Bonang
Sunan Bonang atauMakhdum
Ibrahimlahir pada tahun 1450 M. Ia adalah putra Sunan Ampel dari istrinya yang
bernama Nyi Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar
agama dari pesantren ayahnya di Ampeldenta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana
dan kemudian menetap di Bonang (sebuah desa kecil di Lasem, Jawa Timur). Di
tempat itulah Sunan Bonang mempunyai tempat kegiatan dakwahnya yaitu di daerah Bonang,
dekat Tuban. Di sana ia mendirikan pesantren yang sekarang dikenal dengan
sebutan Watu Layar.Dari pondok pesantren itu, ia mengajar dan mengembangkan
agama Islam.
Dari pesantrennya di Bonang
(Tuban), agama Islam disebarkan ke daerah pantai, mulai Rembang sampai
Surabaya. Dari hasil survei di lapangan, ternyata rakyat Tuban mayoritas
menyukai lagu-lagu gending gamelan. Untuk itu dalam melaksanakan dakwah kepada
masyarakat, ia menggunakan kesenian rakyat yang disebut bonang. Ia menabuh
bonang diiringi dengan lagu-lagu berupa pantun yang bernapaskan keagamaan.
Sunan Bonang berhasil menggubah lagu gending sekatendan tembang mocopatyang
sampai sekarang tembang itu populer di kalangan masyarakat Jawa.
Tidak seperti Sunan Giri yang
lugas dalam fiqih, ajaran Sunan Bonang berusaha memadukan ajaran ahlusunnah
bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fiqih, usuluddin,
tasawuf, seni, sastra, dan arsitektur. Ajarannya berintikan pada filsafat isyq
(cinta). Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan, dan kepatuhan
kepada Allah SWT atau haq al yaqqin.Ajaran tersebut disampaikan secara populer
melalui media kesenian. Pada tahun 1525 M, Sunan Bonang wafat dan dimakamkan di
daerah Tuban.
d. Sunan Derajat
Sunan Derajat nama sebenarnya
adalah Masih Munat,putra dari Sunan Ampel, saudara dari Sunan Bonang. Dalam
melakukan kegiatan dakwahnya, ia mengambil cara ayahnya, terutama dalam
mengajarkan tauhid dan akidah, yaitu secara langsung dan tidak banyak mendekati
budaya lokal. Walaupun demikian, cara penyampaiannya menggunakan alat kesenian
dengan menabuh seperangkat gamelan, sebagaimana dilakukan oleh Sunan Muria.
Sunan Derajat mengubah sejumlah suluk, di antaranya suluk petuah. Ia juga
menciptakan lagu gending pangkuryang sampai sekarang lagu itu masih banyak
digemari oleh masyarakat Jawa. Pusat kegiatan dakwahnya di daerah Sedayu, Jawa Timur.
Sunan Derajat dikenal dengan
kegiatan sosialnya. Ia dikenal sebagai seorang yang bersahaja yang suka
menolong sesama. Dialah wali yang memelopori penyantunan anak-anak yatim, fakir
miskin, dan orang sakit. Sunan Derajat wafat pada pertengahan abad ke-15 dan
dimakamkan di Sedayu, Gresik (Jawa Timur).
e. Sunan Giri
Sunan Giriatau Raden Paku. Ia
adalah putra dari Maulana Ishak dari Blambangan, yang juga sahabat Sunan Ampel.
Raden Paku bersahabat dengan Makhdum Ibrahim, dan keduanya oleh Sunan Ampel
disuruh pergi haji ke Mekkah sambil menuntut ilmu. Keduanya juga pernah menimba
ilmu di Pasai(Aceh).
Dengan bantuan masyarakat Gresik,
Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri. Atas ketekunan dan
kesungguhannya, pesantren itu bukan hanya sebagai tempat pendidikan dalam
artian sempit, tetapi juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Dalam waktu
tiga tahun, pesantren Giri sudah terkenal ke seluruh Nusantara, sehingga banyak
murid-muridnya yang datang dari Madura, Kalimantan, Makassar, Lombok, dan
seluruh Jawa. Raja Majapahit sendiri memberi keleluasaan kepadanya untuk
mengatur pemerintahan karena khawatir ia melakukan pemberontakan. Kemudian
pesantren itu pun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut
Giri Kedaton.
Ketika Raden Fatah lepas dari
pengaruh kekuasaan Majapahit, Sunan Giri diangkat menjadi penasihat dan
panglima militer Kesultanan Demak. Banyak mubalig dari pesantren Giri yang
dikirim ke Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku.
Sunan Giri dikenal karena
pengetahuannya yang luas dalam ilmu fiqih. Orang pun menyebutnya Sultan Abdul
Fakih.Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa. Gending Pucung yang
bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam adalah salah satu karya Sunan
Giri. Sunan Giri wafat pada tahun 1600 M dan dimakamkan di atas Bukit Giri,
dekat Gresik.
f. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijagaatau Raden Jaka
Said. Ia adalah putra seorang Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta.
Sejak kecil, dalam diri Raden Jaka Said sudah tampak jiwa luhur yang ditandai
dengan selalu taat kepada agama dan berbakti kepada orang tua, serta mempunyai
sikap welas asih kepada semua orang. Ia menjadi murid Sunan Bonang, kemudian
menikah dengan putri Maulana Ishak. Berbeda dengan para wali lain, Sunan
Kalijaga menjadi mubalig keliling dan tidak mempunyai pusat dakwah yang tetap.
Dalam melaksanakan dakwahnya,
Sunan Kalijaga menggunakan kesenian wayang kulit yang sangat digemari
masyarakat sejak aman Hindu. Kisah Mahabharata
yang melandasi cerita wayang disesuaikan agar tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Penggunaan wayang sebagai alat dakwah ini ternyata memberi kemudahan
dalam meluaskan penyebaran Islam ke masyarakat.
Sunan Kalijaga sebagai Mubalig
yang ahli seni, ahli filsafat, dan kebudayaan memiliki beberapa karya seni
hasil ciptaannya antara lain orang pertama yang merancang baju takwa,
menciptakan lagu Dandang Gula dan Semarangan, menciptakan seni ukir bermotif
dedaunan, menciptakan bedug di masjid, memprakarsaiGerebeg Maulud, menciptakan
Gong Sekaten, dan membuat kreasi baru wayang menjadi karikatur, digambar dan
diukir pada kulit binatang.
Pada pertengahan abad ke-15,
Sunan Kalijaga wafat dan di makamkan di daerah Kadilangu, dekat Demak.
g. Sunan Kudus
Sunan Kudusatau Jafar Sadiq.Ia
adalah salah seorang panglima tentara Demak. Kemudian ia mengembara ke Tanah
Suci, Mekkah untuk memperdalam agama Islam. Sekembali dari Mekkah, ia
mendirikan pusat keagamaan yang diberi nama Kudus, diambil dari nama
al-quds(Palestina), sehingga ia lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus.
Sunan Kudus merupakan banyak
berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di
Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara dakwahnya pun meniru
Sunan Kalijaga yaitu toleran pada budaya setempat. Cara Sunan Kudus mendekati
masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu-Buddha. Hal itu
terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Sunan Kudus seorang yang ahli dalam
bidang tauhid, hadis, fiqih dan lainnya. Ia juga terkenal sebagai pujangga yang
mengarang cerita pendek yang berfalsafah dan bernapaskan keagamaan. Semasa
hidupnya, ia mengajarkan agama Islam di sekitar pesisir utara Jawa Tengah di
daerah Kudus. Selain sebagai seorang wali, Sunan Kudus juga menjabat sebagai
Senopati Demak. Peninggalan yang termasyhur adalah Masjid Kudus. Menaranya
berbentuk candi, dan sering disebut Masjid Menara. Pada mihrab masjid ini
tercantum tahun peresmian masjid, yaitu 956 Hijriah (1549 M). Dalam bidang
kesenian ia dikenal sebagai pencipta Gending Asmarandana. Pada tahun 1550,
Sunan Kudus wafat dan dimakamkan di daerah Kudus, Jawa Tengah.
h. Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Prawoto atau
Raden Umar Said,adalah putra Sunan Kalijaga dari istrinya yang bernama Dewi Sorah.
Dewi Sorah adalah adik kandung Sunan Giri. Gaya berdakwah Sunan Muria seperti
ayahnya, Sunan Kalijaga. Tetapi ia lebih menyukai tinggal di daerah terpencil,
jauh dari kota. Pusat kegiatannya di lereng Gunung Muria (Jawa Tengah). Ia
banyak bergaul dengan rakyat jelata. Sambil bercocok tanam, berladang, dan
berdagang, ia mengajarkan agama Islam. Selain itu, Sunan Muria berdakwah dengan
menggunakan media kesenian rakyat yaitu berupa gamelan. Ia menciptakan gending
sinom dan kinanti.
Sunan Muria sering berperan juga
di Kesultanan Demak sebagai penengah dalam konflik istana. Ia dikenal sebagai
pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapa pun rumitnya. Solusi
pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Beliau
wafat pada tahun 1560 M dan dimakamkan di atas Gunung Muria.
i. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atauSyarif
Hidayatullah lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati karena pusat kegiatan
dakwahnya berada di daerah Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Pada tahun 1570 M,
Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, Cirebon. Setelah
Walisongo, proses penyebaran agama Islam diteruskan oleh para ulama yang
peranannya sama dengan para wali. Para ulama itu tersebar di berbagai pelosok
tanah air, antara lain sebagai berikut.
1) Tokoh ulama dari Jawa
- Syekh Bentongdengan daerah dakwah di Gunung Lawu
- Sunan Bayat yang banyak menyebarkan Islam di daerah Klaten dan sekitarnya
- Syekh Majagung, Sunan Prapen, dan Sunan Sendang yang berperan dalam pendidikan pondok pesantren di daerah Jawa
2) Tokoh ulama dari luar Jawa
- Datuk Ri Bandang yang menyebarkan agama Islam di daerah Makassar
- Datuk Sulaeman yang menyebarkan agama Islam di daerah Sulawesi
- Tuan Tunggang Parangang dan Penghulu Demakyang menyebarkan Islam di Kalimantan.
s
s
0 comments:
Post a Comment