Perlawanan Legal Pada Masa Pendudukan
Jepang
Dalam menyebarkan propagandanya dapat memikat hati rakyat Indonesia dan pemerintahan Jepang di Indonesia berhasil membentuk badan-badan resmi. Dengan menggandeng pemimpin-pemimpin Indonesia diharapkan rakyat secara kooperatif membantu kepentingan Jepang dalam usahanya membentuk “Per-semakmuran Bersama Asia Raya”. Dalam peranannya sebagai sarana propaganda, secara tidak langsung badan-badan resmi tersebut dijadikan sarang gerakan-gerakan dan penyebaran ide-ide kemerdekaan. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:
Dalam menyebarkan propagandanya dapat memikat hati rakyat Indonesia dan pemerintahan Jepang di Indonesia berhasil membentuk badan-badan resmi. Dengan menggandeng pemimpin-pemimpin Indonesia diharapkan rakyat secara kooperatif membantu kepentingan Jepang dalam usahanya membentuk “Per-semakmuran Bersama Asia Raya”. Dalam peranannya sebagai sarana propaganda, secara tidak langsung badan-badan resmi tersebut dijadikan sarang gerakan-gerakan dan penyebaran ide-ide kemerdekaan. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:
1.Gerakan Tiga A
Dalam rangka mempersatukan orang-orang Asia yang pro Jepang pemerintahan pendudukan Jepang membuat berbagai macam propaganda. Propaganda ini dilaksanakan tidak lama setelah Jepang menduduki pulau Jawa. Tujuan utama dari organisasi ini adalah mengerahkan tenaga rakyat untuk kepentingan perang di Jepang . Dengan semboyan dan semangat Tiga A, yang isinya antara lain: ”Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia, pemerintah pendudukan berharap agar rakyat Indonesia sepenuhnya berdiri sepenuhnya dan bersatu dengan pemerintahan tentara Jepang dalam rangka melawan Sekutu. Gerakan Tiga A diketuai oleh Mr Syamsuddin seorang tokoh Parindra yang dibantu oleh tokoh Parindra lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Mohammad Saleh.
Dalam rangka mempersatukan orang-orang Asia yang pro Jepang pemerintahan pendudukan Jepang membuat berbagai macam propaganda. Propaganda ini dilaksanakan tidak lama setelah Jepang menduduki pulau Jawa. Tujuan utama dari organisasi ini adalah mengerahkan tenaga rakyat untuk kepentingan perang di Jepang . Dengan semboyan dan semangat Tiga A, yang isinya antara lain: ”Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia, pemerintah pendudukan berharap agar rakyat Indonesia sepenuhnya berdiri sepenuhnya dan bersatu dengan pemerintahan tentara Jepang dalam rangka melawan Sekutu. Gerakan Tiga A diketuai oleh Mr Syamsuddin seorang tokoh Parindra yang dibantu oleh tokoh Parindra lain seperti K. Sutan Pamuncak dan Mohammad Saleh.
Kampanye propaganda Intensif dimulai
untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa mereka dan bangsa Jepang adalah saudara
seperjuangan dalam perang yang luhur sesuai dengan semangat Hako-Ichiu. Untuk
itu mereka mulai mempekerjakan orang-orang Indonesia dan menggunakan film,
drama, wayang, dan radio untuk menyebarkan berbagai propaganda. Akan tetapi propaganda
ini sering menemui kegagalan. Hal ini disebabkan adanya kenyatan bahwa selama
pendudukan Jepang terjadi berbagai kekacauan ekonomi, teror polisi militer
(kempeitai) kesombongan dan kekejaman orang Jepang, kerja paksa, pemerkosaan,
pemukulan, serta kewajiban untuk menghormat kepada setiap orang Jepang.
2.PUTERA
Setelah gerakan Tiga A dibubarkan maka pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuklah sebuah organisasi penggerak massa yang terkenal dengan nama ” Pusat Tenaga Rakyat” atau yang sering disebut dengan PUTERA. PUTERA ini dipimpin oleh empat orang pemimpin yang dikenal sebagai empat serangkai yang terdiri atas:
Setelah gerakan Tiga A dibubarkan maka pada tanggal 9 Maret 1943 dibentuklah sebuah organisasi penggerak massa yang terkenal dengan nama ” Pusat Tenaga Rakyat” atau yang sering disebut dengan PUTERA. PUTERA ini dipimpin oleh empat orang pemimpin yang dikenal sebagai empat serangkai yang terdiri atas:
a.Ir. Soekarno atau yang lebih akrab
dikenal sebagai ”Bung Karno”.
b.Drs. Mohammad Hatta yang lebih akrab dikenal dengan panggilan ”Bung Hatta”.
c.Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendiri Taman Siswa.
d.Kiai Haji Mas Mansur, seorang tokoh pendiri Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian berganti menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI).
b.Drs. Mohammad Hatta yang lebih akrab dikenal dengan panggilan ”Bung Hatta”.
c.Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendiri Taman Siswa.
d.Kiai Haji Mas Mansur, seorang tokoh pendiri Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kemudian berganti menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI).
Inti dari pembentukan organisasi ini
adalah untuk memperlancar usaha-usaha perang Jepang akan tetapi keberadaan
PUTERA ini dimanfaatkan oleh para pemimpin kita sebagai alat untuk membentuk
jiwa nasionalisme dihati rakyat Indonesia dan mengobarkan semangat kemerdekaan
serta anti penjajahan. Lambat laun Jepang menyadari bahwa keberadaan PUTERA
sangat menguntungkan pihak Indonesia dan kurang begitu menguntungkan bagi
usaha-usaha peperangan Jepang. Berdasarkan hal itulah PUTERA dibubarkan.
Sebelum dibubarkannya PUTERA terjadi
perkembangan dalam kebijak-sanaan pemerintah pendudukan Jepang terhadap status
Indonesia, per-kembangan itu antara lain:
1. Pernyataan Perdana Menteri Jepang
yaitu; Tojo pada tanggal 16 Juni 1943 mengenai diberikannya partisipasi politik
bagi orang Indonesia.
2. Maklumat Perdana Menteri Koiso
(pengganti Tojo) pada tanggal 9 September 1944 bahwa Indonesia akan diberi
kemerdekaan dikemudian hari.
3.Perhimpunan Kebaktian Rakyat
Jawa (Jawa Hokokai)
Pada tanggal 1 Maret 1944 tentara Jepang secara resmi mendirikan Jawa Hokokai atau Perhimpuan Kebaktian Rakyat Jawa sebagai pengganti PUTERA. Berbeda dengan PUTERA Jawa Hokokai ini dipimpin sendiri oleh Kepala Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Inti dari dibentuknya perhimpunan ini adalah menonjolkan sifat kebaktian pada Jepang.
Pada tanggal 1 Maret 1944 tentara Jepang secara resmi mendirikan Jawa Hokokai atau Perhimpuan Kebaktian Rakyat Jawa sebagai pengganti PUTERA. Berbeda dengan PUTERA Jawa Hokokai ini dipimpin sendiri oleh Kepala Pemerintahan Militer Jepang (Gunseikan). Inti dari dibentuknya perhimpunan ini adalah menonjolkan sifat kebaktian pada Jepang.
Sementara itu kekuatan tentara Jepang
dalam Perang Pasifik mulai melemah. Jepang mulai bersifat defensif. Untuk itu
Jepang sangat membutuhkan bantuan rakyat untuk menahan serangan tentara Sekutu
yang semakin dahsyat.
Untuk mengawasi setiap gerak kaum
nasionalis pemerintah Jepang mendirikan Rukun Tetangga (RT) atau ”Tonari Gumi”
pada tanggal 8 Januari 1944. Sebagai alat organisasi Jawa Hokokai tujuan Rukun
Tetangga bukan hanya mengawasi saja tetapi mempunyai fungsi ganda yaitu
menyampaikan perintah dari pemerintah kepada rakyat, khususnya untuk keperluan
perangnya dan untuk melaporkan situasi di tingkat desa atau untuk memata-matai
rakyat atau pemimpinnya.
0 comments:
Post a Comment