Blogroll

Akrab Senada, adalah Aktif dan rajin belajar sejarah nasional dan dunia. merupakan kumpulan pemikiran, program, dan materi pelajaran dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar Sejarah khususnya tingkat SMA.

Thursday, June 19, 2014

Sebelum Mengenal tulisan

Sebelum Mengenal Tulisan

     Mengamati Lingkungan

  Kutipan di atas menunjukkan bahwa  keberadaan tanah air kita tidak dapat dilepaskan dari rangkaian peristiwa alam yang sudah terjadi sejak zaman dahulu kala. Jadi, dinamika sejarah yang telah bermula sejak manusia ada, jika dirunut hingga sekarang, kita akan menemukan betapa kesinambungan sejarah tidak mudah terputus, betapapun  segala  macam  perubahan  telah  terjadi.  Coba  kamu renungkan, apakah yang terjadi ketika tawuran anak-anak sekolah berlangsung? Bukankah sering kali mereka saling melempar batu?
Batu pula senjata yang paling awal digunakan umat manusia dalam mempertahankan  hidupnya. Jadi  anak  sekolah di  zaman modern ini—zaman yang bahkan dikatakan “era globalisasi”, ketika tiada lagi batas-batas  yang  menghambat  hubungan  kebudayaan—ternyata masih mempraktikkan tradisi manusia purba pada masa praaksara. Untuk mengetahui apa, siapa, dan bagaimana kehidupan manusia zaman praaksara kamu dapat mempelajari bacaan di bawah ini.

Manusia purba tidak mengenal tulisan dalam kebudayaannya. Periode  kehidupan  ini  dikenal  dengan  zaman  praaksara.  Masa praaksara berlangsung sangat lama jauh melebihi periode kehidupan manusia  yang  sudah  mengenal  tulisan.  Oleh  karena  itu,  untuk dapat memahami perkembangan kehidupan manusia pada zaman praaksara kita perlu mengenali tahapan-tahapannya.

     Memahami Teks

Sebelum  mengenali  tahapan-tahapan  atau  pembabakan perkembangan  kehidupan  dan  kebudayaan  zaman  praaksara, perlu  kamu  ketahui  lebih  dalam  apa  yang  dimaksud  zaman praaksara. Praaksara adalah istilah baru untuk menggantikan istilah prasejarah. Penggunaan istilah  prasejarah untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan adalah kurang tepat.  Pra  berarti sebelum dan  sejarah  adalah
sejarah sehingga prasejarah berarti  sebelum ada sejarah. Sebelum ada sejarah berarti sebelum ada aktivitas kehidupan manusia. Dalam kenyataannya  sekalipun  belum  mengenal  tulisan,  makhluk  yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan.  Oleh  karena  itu,  para  ahli  mempopulerkan  istilah praaksara untuk menggantikan istilah prasejarah.

Praaksara berasal dari dua kata, yakni  pra  yang berarti sebelum dan  aksara  yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman praaksara adalah  masa  kehidupan  manusia  sebelum mengenal  tulisan.  Ada istilah yang mirip dengan istilah praaksara, yakni istilah  nirleka .  Nir  berarti tanpa dan  leka  berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk  mengetahui  sejarah  dan  hasil-hasil  kebudayaan  manusia adalah dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang dapat kita temukan. Kapan waktu dimulainya zaman praaksara? Kapan zaman praaksara itu berakhir? Zaman praaksara dimulai sudah tentu sejak manusia ada, itulah titik dimulainya masa praaksara. Zaman praaksara berakhir  setelah  manusianya  mulai  mengenal  tulisan.  Pertanyaan yang sulit untuk dijawab adalah kapan tepatnya manusia itu mulai ada  di  bumi  ini  sebagai  pertanda  dimulainya  zaman  praaksara. Sampai  sekarang  para  ahli  belum  dapat  secara  pasti  menunjuk waktu kapan mulai ada manusia di muka bumi ini. Tetapi yang jelas untuk menjawab pertanyaan itu kamu perlu memahami kronologi perjalanan kehidupan di permukaan bumi yang rentang waktunya sangat panjang. Bumi yang kita huni sekarang diperkirakan mulai terjadi sekitar 2.500 juta tahun yang lalu. Untuk memperkaya pengetahuan tentang hal  Bagaimana  kalau  kita  ingin  melakukan  ini, kamu bisa membaca kajian  tentang  kehidupan  zaman  praaksara?
Untuk  menyelidiki  zaman  praaksara,  para sejarawan  harus  menggunakan  metode penelitian ilmu arkeologi dan sedikit banyak juga  pada ilmu alam seperti geologi dan biologi. Ilmu arkeologi  adalah  bidang  ilmu  yang  mengkaji bukti-bukti  atau  jejak  tinggalan  fisik,  seperti  lempeng  artefak, monumen,  candi  dan  sebagainya.  Berikutnya  menggunakan  ilmu geologi  dan  percabangannya,  terutama  yang  berkenaan  dengan pengkajian usia lapisan bumi dan biologi berkenaan dengan kajian tentang ragam hayati ( biodiversitas ) makhluk hidup. Mengingat jauhnya jarak waktu masa praaksara dengan kita sekarang, maka tidak jarang orang mempersoalkan apa  perlunya kita belajar tentang zaman praaksara yang sudah lama ditinggalkan oleh  manusia  modern.  Tetapi  pandangan  seperti  ini  sungguh menyesatkan, sebab tentu ada hubungannya dengan kekinian kita. Beberapa di antaranya akan dikemukakan berikut ini.

Data etnografi yang menggambarkan kehidupan masyarakat praaksara ternyata masih berlangsung sampai sekarang. Entah itu pola  hunian, pola  pertanian  subsistensi, teknologi  tradisional  dan konsepsi kepercayaan tentang hubungan harmoni antara manusia dan alam, bahkan kebiasaan memelihara hewan seperti anjing dan kucing  di lingkungan manusia  modern perkotaan.  Demikian pula kebiasaan bertani  merambah  hutan  dengan  motede  ‘tebang  lalu bakar’ ( slash  and  burn ) untuk  memenuhi  kebutuhan secukupnya masih  ada  hingga  kini.  Namun, kebiasaan  merambah  hutan  dan hidup  berpindah-pindah  pada  masa  lampau  tidak  menimbulkan malapetaka asap yang mengganggu penerbangan domestik. Selain itu,  juga  mengganggu  bandara  negara  tetangga  Singapura  dan Malaysia seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini. Teknologi manusia modernlah  yang  mampu  melakukan  perambahan  hutan  secara besar-besaran,  entah  itu  untuk  perkebunan  atau  pertambangan, dan  permukiman   real  estate   sehingga  menimbulkan  malapetaka kabut asap dan kerusakan lingkungan.

Arti  penting  dari  pembelajaran  tentang  sejarah  kehidupan zaman  praaksara  pertama-tama  adalah  kesadaran  akan  asal-usul manusia.  Tumbuhan memiliki  akar. Semakin tinggi  tumbuhan itu, semakin  dalam  pula  akarnya  menghunjam  ke bumi  hingga  tidak mudah  tumbang  dari  terpaan  angin  badai  atau  bencana  alam lainnya. Demikian pula halnya dengan manusia. Semakin berbudaya seseorang atau kelompok masyarakat, semakin dalam pula kesadaran kolektifnya  tentang  asal  usul  dan  penghargaan  terhadap  tradisi. Jika  tidak demikian,  manusia yang melupakan  budaya bangsanya akan mudah  terombang  ambing oleh terpaan budaya asing  yang lebih  kuat,  sehingga  dengan  sendirinya  kehilangan  identitas  diri. Jadi bangsa yang gampang meninggalkan tradisi nenek moyangnya akan  mudah  didikte  oleh  budaya  dominan  dari  luar  yang  bukan miliknya.

Kita  bisa  belajar  banyak  dari  keberhasilan  dan  capaian prestasi terbaik dari pendahulu kita. Sebaliknya kita juga belajar dari kegagalan mereka yang telah menimbulkan malapetaka bagi dirinya atau  bagi banyak orang. Untuk memetik pelajaran dari uraian ini, dapat  kita  katakan  bahwa  nilai  terpenting  dalam  pembelajaran sejarah tentang zaman praaksara,  dan sesudahnya ada  dua yaitu sebagai inspirasi untuk pengembangan nalar kehidupan dan sebagai peringatan. Selebihnya kecerdasan dan pikiran-pikiran kritislah yang akan menerangi kehidupan masa kini dan masa depan.

Sekarang  muncul pertanyaan, sejak kapan zaman  praaksara berakhir? Sudah barang tentu zaman praaksara itu berakhir setelah kehidupan  manusia mulai mengenal  tulisan.  Terkait  dengan masa berakhirnya zaman praaksara masing-masing tempat akan berbeda. Penduduk  di  Kepulauan  Indonesia  baru  memasuki  masa  aksara sekitar  abad  ke-4  dan ke-5  M.  Hal  ini  jauh    lebih  terlambat  bila dibandingkan di tempat lain misalnya Mesir dan  Mesopotamia yang sudah mengenal tulisan  sejak sekitar tahun 3000 S.M. Fakta-fakta masa aksara di Kepulauan Indonesia dihubungkan dengan temuan prasasti peninggalan kerajaan tua seperti Kerajaan Kutai di Muara Kaman, Kalimantan Timur.



Sumber :

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More