Bentuk dan strategi organisasi pergerakan nasional dalam menghadapi kekuatan kolonial Belanda memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya, sekalipun mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. Bentuknya ada yang berupa organisasi sosial, politik, kebudayaan, gerakan pemuda, gerakan wanita, gerakan buruh maupun keagamaan. Sedangkan strategi yang digunakan oleh pergerakan nasional secara umum sebagai berikut :
1. menggunakan
organisasi sebagai alat perjuangannnya;
2. perjuangannya
sudah bersifat nasional, bukan kedaerahan;
3. tidak
menggunakan kekerasan senjata;
4. perjuangannya
dipimpin oleh tokoh-tokoh agama, kaum terpelajar, tokoh-tokoh pemuda, dan
tokoh-tokoh masyarakat;
5. asas
perjuangannya ada yang bersifat kooperatif (tetapi bukan prinsip) dan
non-kooperatif.
Berikut ini adalah beberapa pergerakan
nasional yang muncul di Indonesia sampai menjelang runtuhnya kolonialisme
Belanda :
1. Budi Utomo
Organisasi pergerakan nasional
Indonesia pertama adalah Budi Utomo yang didirikan di Jakarta tanggal 20 Mei
1908. Pada awal pembentukannya organisasi ini bersifat sosial budaya, karena
diawali dengan tujuan hendak meningkatkan martabat dan kecerdasan bangsa Bumi
Putera. Untuk mencapai cita-cita tersebut, Dr. Wahidin Sudirohusudo berencana
mendirikan “dana belajar” bagi anak-anak pribumi yang tidak mampu. Upaya tersebut
kemudian mendapat dukungan dari mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Inlandse Artsen= Sekolah untuk mendidik
dokter pribumi), yaitu Soetomo dan Gunawan Mangunkusumo.
|
|
Tujuan Budi Utomo pada awalnya bersifat
samar-samar, yaitu “kemajuan bagi Hindia”. Ruang geraknya masih terbatas pada
penduduk Jawa dan Madura. Dalam kongresnya yang pertama 3-4 Oktober 1908 di
Yogyakarta, di antaranya diputuskan bahwa Budi Utomo tidak bergerak dalam
kegiatan politik. Hal tersebut ditempuh untuk menghindari kecurigaan pemerintah
Hindia-Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya, Budi Utomo mengalami perpecahan
karena banyaknya golongan pelajar keluar dari organisasi yang tidak menyukai
dominasi kaum priyayi.
Ketika meletusnya Perang Dunia I, Budi
Utomo melancarkan issue mengenai pentingnya pertahanan sendiri (Indie Weerbar),
dengan mendukung dibentuknya wajib militer bagi milisi bumi putera. Pada bulan
Desember 1935, Budi Utomo bergabung (berfusi) dengan Persatuan Bangsa Indonesia
(PBI) dan berganti nama menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
2. Sarekat Islam
Sarekat Islam pada awalnya bernama
Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1911 di Solo oleh R.M.
Tirtoadisuryo. Pada tahun 1912 diganti menjadi Sarekat Islam oleh H.
Samanhudi. Latar-belakang ekonomi dan politis didirikannya Sarekat Islam
adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap golongan pedagang Cina yang
melakukan monopoli perdagangan batik, dan dalam rangka menghadapi semua
bentuk penindasan, penghinaan, serta kesombongan rasialis baik dari
orang-orang Cina maupun kolonalis Belanda.
|
|
Berdasarkan anggaran dasarnya, Sarekat
Islam bertujuan :
a.
mengembangkan
jiwa dagang;
b. membantu pengajaran dan semua kegiatan
yang mempercepat naiknya derajat rakyat;
c.
membantu
anggota-anggotanya yang mengalami kesulitan dalam berusaha;
d. memperbaiki pendapat-pendapat keliru
mengenai agama Islam;
e. hidup menurut perintah agama
Dalam kongresnya yang pertama tahun
1913 di Surabaya, terpilih Haji Oemar Said Tjokroaminoto sebagai ketua Sarekat
Islam pusat. Karena sifat keanggotaannya terbuka bagi rakyat, laju perkembangan
Sarekat Islam semakin pesat. Sifatnya yang demokratis dan berani berjuang
terhadap kaum kapitalis untuk kepentingan rakyat kecil, menarik perhatian kaum
sosialis kiri yang tergabung dalam ISDV (Indische
Sociaal Democratische Vereeniging) untuk melakukan infiltrasi ke dalam
tubuh Sarekat Islam dan mempengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaun,
Darsono, dan Tan Malaka. Akhirnya Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu
Sarekat Islam Putih (Tjokroaminoto-Agus Salim) dan Sarekat Islam Merah
(Semaun). SI-Putih kemudian berubah menjadi Partai Sarekat Islam, sedangkan
SI-Merah menjadi Sarekat Rakyat yang kemudian diganti lagi menjadi Partai
Komunis Indonesia (23 Mei 1920) dimana Semaun sebagai ketuanya.
Adapun yang menyebabkan ISDV berhasil
melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Sarekat Islam, yaitu : Central SI sebagai
badan koordinasi pusat, kekuasaannya masih lemah dimana tiap-tiap cabang SI
bertindak sendiri-sendiri. Selain itu, kondisi kepartaian pada waktu itu
memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai.
3. Indische Partïj
Indische Partïj (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung. Tokoh
pendiri IP sering juga disebut “Tiga Serangkai” yaitu E.F.E. Douwes Dekker (Setyabudi), Suwardi
Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Cipto Mangunkusumo. Dilihat dari
anggaran dasar dan program kerjanya, IP bertujuan menumbuhkan dan
meningkatkan jiwa integrasi semua golongan untuk memajukan tanah air yang
dilandasi jiwa nasional. Juga mempersiapkan diri ke arah kehidupan rakyat
merdeka.
|
|
Indische Partïj merupakan organisasi pertama kali di Indonesia yang betul-betul
bercorak politik dan berprogram nasionalisme Indonesia dalam pengertian modern.
Paham IP disebarluaskan melalui surat kabar De Expres milik E.F.E. Douwes
Dekker.
Indische Partïj yang bercorak politik, mengundang kecurigaan pihak Belanda. Hal ini
terbukti ketika IP mengajukan untuk mendapatkan badan hukum ditolak pemerintah
Belanda dengan alasan organisasi ini dianggap mengancam keamanan umum. Pada
tanggal 9 Agustus 1913, ketiga tokoh IP ditangkap dan dikenakan hukum buang
oleh Belanda. Penangkapan Tiga Serangkai tersebut dipicu oleh pembentukan
Komite Bumi Putera yang memuat tulisan Ki Hajar Dewantara yang berjudul Als ik eens Nederlander was (Andaikata
Aku seorang Belanda). Dalam tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara menyindir
ketumpulan perasaan orang Belanda yang tidak malu-malu untuk menyuruh rakyat
Indonesia yang masih berada dalam cengkaraman penjajahan Belanda, untuk ikut
merayakan 100 tahun bebasnya Belanda dari kekuasaan Perancis.
4. Gerakan Keagamaan
1) Muhammadiyah
Muhammadiyah merupakan organisasi
yang bersifat keagamaan, didirikan oleh K.H. Achmad Dahlan pada tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta. Tujuan dari organisasi ini adalah memurnikan
ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad saw. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Muhammadiyah bergerak dalam pendidikan keagamaan,
seperti :
a) mengadakan
kegiatan-kegiatan sosial dan budaya;
b) mendirikan
sekolah-sekolah keagamaan;
c) mengadakan
dakwah-dakwah keagamaan.
|
|
Terhadap pemerintah Hindia-Belanda,
Muhammadiyah bersifat kooperatif, dalam arti tidak bersifat prinsipil. Dalam
tahun-tahun pertama, Muhammadiyah tidak mengadakan pembagian tugas yang jelas
di antara anggota-anggotanya. Hal itu semata-mata karena ruang geraknya masih
terbatas di daerah Kauman, Yogyakarta. Tetapi sejak tahun 1917, daerah operasi
Muhammadiyah mulai ditingkatkan dan pada tahun 1920, Muhammadiyah mulai
diperluas ke luar Pulau Jawa. Cabang utama yang pertama di luar Pulau Jawa
didirikan di Minangkabau, Sumatera Barat di bawah pimpinan Haji Rasul. Pada
tahun 1927, mendirikan lagi cabangnya di Bengkulu, Banjarmasin, dan Amuntai.
Pada tahun 1929, pengaruh Muhammadiyah meluas ke Aceh dan Makasar.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat
keagamaan yang dilakukan Muhammadiyah, antara lain :
a) Membentuk
PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) untuk membantu orang-orang miskin, yatim
piatu, korban bencana alam, dan mendirikan klinik-klinik kesehatan;
b) Membentuk
Gerakan kepanduan yang diberi nama Hisbul Wathan pada tahun 1918;
c) Mendirikan
lembaga Majlis Tarjih berdasarkan Keputusan Kongres Muhammadiyah di Pekalongan
tahun 1927. Tujuannya adalah mengeluarkan fatwa, atau kepastian hukum tentang
masalah-masalah tertentu yang dipertentangkan oleh masyarakat Islam;
d) Mendirikan
Lembaga Pendidikan Muhammadiyah, seperti sekolah guru, SD 5 tahun, dan
madrasah.
2) Nahdhatul Ulama
Nahdhatul Ulama (NU) didirikan pada
tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Tokoh-tokoh pendirinya antara lain KH.
Hasyim Asyari (Pesantren Tebuireng), KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri
(Pesantren Jombang), KH. Ridwan (Semarang), dan lain-lain. Latar belakang
didirikannya NU antara lain untuk memelihara kebiasaan bergama Islam secara
tradisi menurut mazhab Syafi’I, Maliki, Hanafi, dan Hambali.
Dalam mencapai cita-citanya, NU
melakukan berbagai kegiatan, antara lain :
a) mengadakan
perhubungan di antara ulama-ulama yang bermazhab Syafi’I, Maliki, Hanafi, dan
Hambali.
b) memeriksa
kitab-kitab yang akan dipergunakan sebelum mengajar agar dapat diketahui apakah
kitab itu termasuk kitab-kitab Ahli Sunnah Wal Jama’ah atau kitab-kitab ahli
bid’ah.
c) menyiarkan
agama Islam berasaskan pada kitab Ahli Sunnah Wal Jama’ah.
d) membangun
madrasah-madrasah, mesjid, pondok-pondok pesantren, serta hal-hal yang
berhubungan dengan anak yatim-piatu serta fakir miskin.
5. Pergerakan Taman Siswa
Setelah Indische Partij dilarang oleh pemerintah Hindia-Belanda tahun 1913,
salah seorang tokohnya yaitu Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat)
mengalihkan perjuangannya ke bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki
Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Tujuannya adalah
memajukan pendidikan bangsa Indonesia agar mempunyai harga diri yang sama
dengan bangsa lain yang merdeka. Meskipun tidak bergerak dibidang politik,
tetapi Perguruan Taman Siswa termasuk organisasi yang mempunyai andil dalam
pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan.
|
Sekolah-sekolah yang didirikan
diantaranya, Taman Kanak-Kanak disebut Taman Indiria, Sekolah Dasar disebut
Taman Anak, SLTP disebut Taman Muda, dan SLTA disebut Taman Madya. Semboyan
pendidikannya yang terkenal adalah “Ing ngarso sung tulodo” (di depan harus
memberikan contoh atau teladan), “Ing madya mangun karso” (jika di tengah
harus bekerja sama), dan “Tut wuri handayani” (jika di belakang harus
memberikan dorongan). Semboyan ini kemudian menjadi semboyan Departemen
Pendidikan Nasional. Sementara itu, hari lahir Ki Hajar Dewantara tanggal 2
Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
|
6. PNI (Partai Nasional
Indonesia)
PNI didirikan di Bandung tanggal 4 Juli
1927 sebagai penjelmaan dari Algemene
Studie Club. Tokoh-tokoh pendirinya yaitu Ir. Soekarno, Dr.
Tjiptomangunkusumo, Soejadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisuryo, Mr. Boediarto, Mr.
Soenario, Mr. Sartono, dan Dr. Samsi. Dalam anggaran dasarnya, tujuan PNI
adalah mencapai Indonesia Merdeka. Asas PNI adalah self-help (menolong diri
sendiri) dan macht vorming (kekuatan sendiri); bersifat non-kooperatif dengan
kaum imperialis. Sedangkan ideologinya adalah marhaenisme (nama seorang petani
di Bandung Selatan) yang mendasarkan kekuatan pada rakyat kecil seperti petani,
buruh, dan pedagang kecil yang mampu berdikari dan tidak bergantung kepada
orang lain. Asas PNI, mengadopsi dari ajaran atau gerakan Mahatma Gandhi
(swadesi, satyagraha, hartal), sedangkan ideologi Marhaen mengadopsi dari
gerakan proletariat kaum sosialis.
Karena kegiatannya yang antipenjajah,
radikal, dan ekstrim (dimata Belanda), tokoh-tokohnya sering diperingati dan
dalam pengawasan polisi Hindia-Belanda. Pada tanggal 17-18 Desember 1927, PNI
berhasil memelopori pembentukan PPPKI (Perhimpunan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia). Pada tanggal 24 Desember 1929, pemerintah Hindia-Belanda
menangkap empat tokoh PNI, yaitu Ir. Soekarno, Maskoen Sumadireja, Gatot
Mangkoepraja, dan Supriadinata. Mereka ditangkap karena dituduh melakukan provokasi
untuk melakukan pemberontakan kepada Belanda. Di depan sidang Pengadilan Negeri
(Landraad) Bandung, Ir. Soekarno mengajukan pembelaannya yang berjudul “Indonesia
Menggugat”.
Meskipun tidak ada bukti kongkrit
untuk melakukan pemberontakan, tetapi pada akhirnya ke empat tokoh PNI
tersebut dijatuhi hukuman penjara di penjara Sukamiskin, Bandung.
Ditangkapnya tokoh-tokoh penting PNI
(khususnya Soekarno) oleh Belanda, Mr. Sartono mengambil inisiatif
membubarkan PNI, dengan alasan “untuk menghindari atau mendahului vonis
Belanda yang menetapkan PNI sebagai partai terlarang”. Mr. Sartono kemudian
mendirikan Partai Indonesia (Partindo), sedangkan pemimpin lain yang tidak
setuju terhadap pembubaran PNI, mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia
(PNI-Baru) dengan tokoh-tokoh utamanya Drs. Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.
Ketika keluar dari penjara, Ir. Soekarno akhirnya memilih Partindo sebagai
media gerakan politiknya.
|
|
7. Perhimpunan Indonesia
Pada permulaan abad ke 20, telah ada
sejumah orang Indonesia yang ada di Negeri Belanda. Mereka mendirikan
Indische Vereneging dengan tokoh pendirinya yaitu R. Panji Sosrokartono, RM.
Notosuroto dan R. Husendjajadiningrat. Perkumpulan tersebut merupakan
perkumpulan sosial yang memperhatikan kepentingan anggotanya yang ada di luar
negeri. Sedangkan untuk media komunikasi diterbitkan majalah Hindia Putera.
|
|
Berkembangnya paham nasional yang makin
kuat, telah mendorong mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda untuk mengubah nama
Indische Vereneging menjadi Indonesia Vereneging pada tahun 1922. Dalam
perkembangannya dua tahun kemudian, namanya diubah lagi menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI). Tokoh-tokohnya antara lain Dr. Soetomo, Dr. Gunawan
Mangunkusumo, Drs. Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, dan Ali Sastroamijoyo.
Kegiatan PI, tidak hanya di Negeri Belanda saja melainkan di tingkat
internasional dengan ikut ambil bagian dalam Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan
Kolonial. Dalam Kongres Liga Demokrasi Internasional Untuk Perdamaian pada
bulan Agustus 1926 di Paris, Moh. Hatta dengan tegas menyatakan tuntutan untuk
kemerdekaan Indonesia. Sedangkan perkembangan mass media seperti Majalah Hindia
Putera diganti menjadi Indonesia Merdeka.
8. Pergerakan Wanita
Pergerakan wanita Indonesia untuk
pertama kalinya dipelopori oleh R.A. Kartini yang kegiatannya bersifat
emansipasi, artinya gerakan yang menuntut persamaan hak antara kaum wanita
dan kaum pria. Ia berusaha mempelopori tuntutan hak yang sama dengan kaum
pria, baik dalam pendidikan, perkawinan, dan status sosial lainnya.
Surat-suratnya kepada Abendanon di Belanda dikumpulkan dalam sebuah buku yang
berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” (Dusduiternis
tot light).
|
|
Kepeloporan R.A. Kartini dalam membela
hak-hak kaum wanita, turut mendorong lahirnya pergerakan wanita lainnya
seperti, Puteri Mardika (organisasi keputrian Budi Utomo), Keutamaan Istri di
Tasikmalaya dan Bandung (R.A. Dewi Sartika), Kerajinan Amal Setia (Sumatera
Barat), Aisyah (wanita Muhammadiyah di Yogyakarta), PIKAT (Percintaan Ibu
Kepada Anak Turunannya) di Menado oleh Maria Walanda Maramis, dan sebagainya.
Pada tanggal 22 Desember 1928, diadakan Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta
yang melahirkan terbentuknya Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI). Tanggal
dan bulan kelahiran PPI ini sampai sekarang selalu diperingati sebagai “Hari
Ibu”.
9. Pergerakan Pemuda dan Kongres Pemuda
Pada tanggal 7 Maret 1917, berdiri
organisasi pemuda yang pertama yaitu Tri Koro Darmo (Tiga Tujuan Mulia) dengan
ketuanya Satiman Wiljosandjojo dan sekretarisnya Sutomo. Dalam anggaran
dasarnya, dinyatakan bahwa organisasi ini bertujuan menjalin pertalian antara
murid-murid bumi petara, menambah pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya, dan
membangkitkan serta mempertajam perasaan buat segala bahasa dan kebudayaan
Hindia. Pada tahun 1918, TKD diganti menjadi Jong Java. Selain di Jong Java, di
luar Jawa pun bermunculan organisasi-organisasi pemuda lainnya, seperti Jong
Celebes, Jong Minahasa, Jong Sumatera, dan sebagainya.
Mengingat banyaknya organisasi
kepemudaan di tanah air, maka perlu diadakan suatu kemufakatan bersama mengenai
pentingnya menyamakan pandangan dan pendapat untuk membentuk persatuan dan
kesatuan bangsa. Usaha tersebut perlu dilakukan melalui Kongres Pemuda yang
dilaksanakan pada tahun 1926 (Kongres I) dan tahun 1928 (Kongres II).
Dalam Kongres Pemuda II (27-28
Oktober 1928) di Jakarta berhasil dibuat beberapa keputusan, yaitu : mengadakan
peleburan semua organisasi pemuda dan hanya membentuk satu organisasi pemuda
saja; dan diikrarkannya “Sumpah Pemuda”. Adapun isi dari Sumpah Pemuda
tersebut adalah : Kami putra dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah
yang satu, Tanah Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia,
menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Pada Kongres ini diperkenalkan
pertama kalinya lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh Wage Rudolf
Supratman, dan bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka
bangsa Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, bisa
dikatakan sebagai salah satu puncak Pergerakan Nasional.
|
|
10. Perjuangan Nasional dalam Volksraad dan
Terbentuknya GAPI
Volksraad (Dewan Rakyat)
dibentuk bulan Desember 1916 dan dibuka dengan resmi tanggal 18 Mei 1918 oleh
Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum, dengan jumlah anggota yang berimbang
antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda. Tokoh-tokoh pergerakan yang duduk
dalam Volksraad di antaranya yang terkenal
adalah Mohamad Husni Thamrin (Parindra), R. Panji Soeroso, R. Soetardjo
Wirjopranoto, Woerjaningrat, dan Mr. Soesanto Tirtoprojo.
Untuk memperkuat persatuan dan kesatuan
di antara wakil-wakil bangsa Indonesia, tanggal 27 Januari 1930, M.H. Thamrin membentuk
Fraksi Nasional yang bertujuan : mengusahakan perubahan ketatanegaraan; dan
berusaha menghapuskan perbedaan-perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam Volksraad
yang paling menghebohkan pemerintah Hindia-Belanda adalah petisi yang
dikeluarkan oleh Mr. Soetardjo (Petisi Soetardjo) pada bulan Juli 1936. Petisi
tersebut meminta diberikannya pemerintahan sendiri kepada Indonesia secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 10 tahun. Tetapi petisi ini ditolak oleh
pemerintah Hindia-Belanda dengan alasan bahwa bangsa Indonesia belum matang
untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri.
Penolakan Petisi Soetardjo makin
meyakinkan pergerakan nasional bahwa Volksraad
bukanlah dewan perwakilan rakyat yang sejati. Untuk itu mendorong terbentuknya
suatu federasi partai-partai politik Indonesia yang menjelma menjadi GAPI
(Gabungan Politik Indonesia) pada bulan Mei 1939. Partai-partai politik yang
tergabung dalam GAPI adalah : Parindra (Partai Indonesia Raya), Gerindo (Gerakan
Rakyat Indonesia), PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), PPK (Persatuan Partai
Katolik), Pasundan, Persatuan Minahasa, dan PSI (Partai Islam Indonesia).
Tuntutan GAPI yang terkenal adalah “Indonesia Berparlemen” yang sesungguhnya
berdasarkan sendi-sendi demokrasi.
Ketika tuntutan Indonesia Berparlemen
yang diajukan GAPI, Belanda diduduki oleh Jerman dan pusat pemerintahannya
dipindahkan ke London ketika terjadi Perang Dunia II. Untuk menanggapi tuntutan
GAPI tersebut Belanda membentuk Komisi Visman yang dipimpin oleh Dr. F.H.
Visman. Komisi ini bertugas menyelidiki perubahan kenegaraan di Indonesia.
Tetapi tugasnya tersebut tidak tuntas karena Jepang keburu menduduki Indonesia
dan mengambil-alih kekuasaan dari tangan Belanda.
4 comments:
makasih sangat membantu..
jangan lupa jumpai blog ku juga yha
hoho..
this is heping for me.... thanks..
Dasar goblok komen yang gaada hubungannya DISINI !!
Post a Comment