a. Pembentukan
BPUPKI dan PPKI
K
|
edudukan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
menjelang tahun 1943 mengalami penurunan (the turning point) yang
ditandai dengan kekalahan beruntun dari Sekutu. Jatuhnya Pulau Saipan ke tangan
Sekutu, mengakibatkan perubahan dalam pemerintahan Jepang dengan digantinya PM Hideki
Tojo oleh PM Kuniaki Koiso. Untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia
dalam perangnya menghadapi Sekutu, pada tanggal 7 September 1944 PM Koiso
memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia kelak dikemudian hari. Janji
tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan dibentuknya badan penyelidik untuk
mengetahui persiapan kemerdekaan tersebut.
Pada
tanggal 1 Maret 1945, Panglima Tentara Ke-16 Letjen Kumakichi Harada
mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai dengan ketuanya dr.
Radjiman Wediodiningrat. Badan ini bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang
penting mengenai masalah tata pemerintahan Indonesia merdeka. BPUPKI
mengadakan dua kali sidang, sidang pertama (29 Mei-1 Juni 1945) yang
dilaksanakan di gedung Cuo Sangi In,
pembicaraan dipusatkan kepada usaha merumuskan dasar filsafat bagi negara
Indonesia merdeka. Dalam sidang hari terakhir tanggal 1 Juni, Ir. Soekarno
sebagai salah satu pembicara mengutarakan istilah Pancasila.
|
|
Sampai
sekarang tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Dalam sidangnya yang kedua (10-16 Juli 1945),
BPUPKI berhasil membentuk panitia, yaitu : Panitia Perancang Undang-Undang yang
diketuai Ir. Soekarno, Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno
Tjokroadisurjo, dan Panitia Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Drs.
Moh. Hatta.
Pada
tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan, dan sebagai penggantinya dibentuk
Panita Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Linkai dengan
ketuanya Ir. Soekarno. Pada tanggal 9 Agustus 1945, Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat dipanggil oleh Panglima Mandala seluruh
Asia Tenggara yaitu Marsekal Terauchi ke Dalath (Vietnam Selatan). Marsekal
Terauchi menyampaikan tentang keputusan Pemerintah Jepang untuk memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Untuk melaksanakan keputusan tersebut dibentuk
PPKI. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.
b. Peristiwa
Rengasdengklok
Pada
tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah
kota Hiroshima dan Nagasaki di bom atom oleh AU AS. Berita kekalahan Jepang ini
telah diketahui oleh sebagian pemimpin Indonesia, terutama para pemuda.
Tokoh-tokoh pemuda tersebut kemudian mengadakan pertemuan di Lab. Bakteriologi
Jl. Pegangsaan Timur 13, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut para pemuda sepakat
mengambil keputusan, “bahwa Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal bangsa
Indonesia sendiri yang tak dapat digantungkan pada bangsa lain, dan jalan
satu-satunya adalah dengan memproklamasikan kemerdekaan oleh bangsa Indonesia
sendiri”.
Para
pemuda kemudian mendesak Soekarno dan Moh. Hatta yang baru datang dari Dalath
untuk segera memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia dengan memanfaatkan kondisi
pemerintahan yang vacuum of power (kekosongan kekuasaan) dan lepas dari
pengaruh Jepang (PPKI). Tetapi pihak Soekarno-Hatta berpendapat bahwa
kemerdekaan Indonesia melanjutkan usaha yang sudah dimulai dari bawah atau
lepas dari proses yang sudah berjalan itu, tidak menjadi soal, karena toh
Jepang sudah kalah. Yang penting adalah menghadapi kekuatan Sekutu yang akan
mengembalikan kekuasaan Belanda. Lagi pula tentara Jepang masih bersenjatakan
lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum Sekutu datang
ke Indonesia. Soekarno-Hatta masih ingin membicarakan pelaksanaan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia di dalam rapat PPKI yang telah ditentukan pada tanggal 16
Agustus 1945. Pendapat itulah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda, karena
PPKI telah dianggap badan buatan Jepang.
|
Perbedaan
faham antara golongan muda dan golongan tua tentang waktu pelaksanaan
proklamasi mendorong golongan muda untuk membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta ke Rengasdengklok yaitu di rumah salah seorang keturunan Cina, Djiaw Kie Siong. Keputusan itu berdasarkan
rapat terakhir para pemuda tanggal 16 Agustus 1945 dini hari di Asrama
Baperpi Jalan Cikini 71, Jakarta. Pertemuan itu di antaranya dihadiri oleh
Chaerul Saleh, Soekarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari Barisan Pelopor, dan
Syodanco Singgih dari Peta. Tujuan diamankannya kedua tokoh tersebut adalah
untuk menjauhkannya dari segala pengaruh atau intimidasi Jepang.
|
Dipilihnya
Rengasdengklok sebagai tempat “pengamanan” Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
sebelum proklamasi kemerdekaan adalah karena letaknya yang strategis, yaitu :
1) daerah tersebut
dilatarbelakangi Laut Jawa, sehingga jika ada serangan segera pergi melalui
laut
2) di
sebelah timur dibentengi oleh wilayah Purwakarta dengan satu Daidan Peta dan
Cilamaya
3) di
sebelah selatan ada pasukan Peta di Kedung Gedeh
4) di
sebelah barat ada pasukan Peta di Bekasi.
Sementara itu di
Jakarta, terjadi kesepakatan antara Mr. Achmad Subardjo dari golongan tua
dengan Wikana dari golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan
dilaksanakan di Jakarta. Keselamatan tokoh-tokoh pelaksana proklamasi dijamin
oleh Laksamana Muda Tadoshi Maeda selama berada di rumahnya. Maeda adalah
Wakil Komandan AL Jepang yang banyak menaruh simpati terhadap perjuangan
bangsa Indonesia dalam mewujudkan kemerdekaannya. Berdasarkan keputusan
tersebut, Mr. Achmad Subardjo bersama Sudiro (Sekretaris pribadi Soekarno)
diantarkan oleh Jusuf Kunto untuk menjemput Soekarno-Hatta dan dibawa kembali
ke Jakarta.
|
|
c. Perumusan Naskah dan
Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan RI
Setelah
rombongan tiba di Jakarta langsung menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1 (sekarang Perpustakaan Nasional Depdiknas). Di rumah inilah naskah
proklamasi kemerdekaan dirumuskan. Kalimat pertama Naskah Proklamasi diambil
dari Piagam Jakarta didiktekan oleh Mr. Achmad Subarjo, sedangkan kalimat kedua
(pemindahan kekuasaan) ditambahkan atas usul Moh. Hatta. Naskah seluruhnya ditulis
oleh Soekarno dan kemudian diruangan lain dibacakan olehnya kepada semua yang
hadir. Sukarni menentang perumusan kalimat kedua karena kurang anti Jepang,
tetapi argumentasi emosionalnya ditolak. Perdebatan tentang penandatanganan
diselesaikan atas usul Sukarni, yaitu “Atas nama bangsa Indonesia”. Kemudian
Sayuti Melik mengetik naskah yang telah dibuat dan disetujui oleh semua
hadirin, lalu ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta. Naskah inilah yang
disebut sebagai naskah yang autentik.
Perubahan-perubahan
yang dilakukan pada teks proklamasi tersebut, yaitu : kata tempoh
menjadi tempo, wakil bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsa
Indonesia, Djakarta 17-8-05 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8
tahoen 05.
Pada
tanggal 17 Agustus 1945, hari Jum’at pukul 10.00 WIB., di halaman rumah Ir.
Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56, naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Moh. Hatta. Setelah
pembacaan teks proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Sang
Saka Merah Putih oleh pemuda Suhud dan Latif Hendraningrat, dengan diiringi
lagu kebangsaan Indonesia Raya. Upacara yang dilakukan secara sederhana tetapi
khidmat telah mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
menuju cita-cita nasional bangsa Indonesia dalam mencapai masyarakat adil dan
makmur.
Proklamasi
kemerdekaan Indonesia mengandung makna penting, yaitu :
1) Puncak
perjuangan bangsa Indonesia yang membuktikan adanya kematangan pemikiran.
Berkat tekad dan kekuatan sendiri, bangsa Indonesia berhasil menjadi bangsa
yang merdeka, bebas dari penjajahan asing. Sejak saat itu bangsa Indonesia
berhak mengatur sendiri bangsanya dan mempertahankannya dari segala macam
bentuk gangguan.
2) Pelopor
kemerdekaan bangsa Asia-Afrika, karena Indonesia merupakan bangsa pertama di
Asia-Afrika yang merdeka setelah Perang Dunia II.
3) Lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4) Dasar
dan dorongan revolusi yang membawa kepada kebenaran asas dan tujuan.
5) Titik
tolak pelaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).
(Catatan : Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata
berlangsung tanpa protokol, tak ada korps musik, tak ada konduktor dan tak ada
pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu secara kasar, serta
ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan yang
yang terjadi pada sebuah upacara sakral yang dinanti-nantikan selama lebih dari
tiga ratus tahun! Bendera Pusaka Sang Merah Putih adalah bendera resmi pertama
bagi RI. Tetapi dari apakah bendera sakral itu dibuat? Warna putihnya dari kain
sprei tempat tidur dan warna merahnya dari kain tukang soto!. Sumber : Bob
Hering : Soekarno Bapak Indonesia Merdeka).
0 comments:
Post a Comment